MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“MENGINTEGRASIKAN
IMAN, ISLAM, DAN IHSAN UNTUK MEMBANGUN INSAN KAMIL”
Dosen Pengampu:
Dr. Amaliyah, M.Pd.
Dosen Pengampu:
Dr. Amaliyah, M.Pd.
Disusun
oleh :
1. Rosa
Putri Salsabila (1102619034)
2. Oktavianti
Zenia Putri (1102619038)
3. Widya
Prasetyaningtyas (1102619054)
4. Nada
Ramadhan Jatutama (1102619069)
PENDIDIKAN
KHUSUS
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidata, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tugas
Pendidikan Agama Islam Materi 4 yang
berjudul MENGINTEGRASIKAN IMAN
ISLAM DAN IHSAN DALAM MEMBENTUK INSAN KAMIL.”
Makalah ini
telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenunya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapa
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata
kami berharap semoga makalah yang berjudul Mengintegrasikan Iman Islam dan
Ihsan dalam membentuk Insan Kamil ini dapat memberikan manfaat
inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR
ISI
Cover............................................................................................................................
Kata Pengantar............................................................................................................
Daftar Isi....................................................................................................................
BAB I
Pendahuluan................................................................................................................
BAB II Pembahasan
Menelusuri Konsep dan Urgensi
Iman Islam dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil...........................................................................................................................
Tingkatan
Insan Kamil................................................................................................
Mengapa Iman Islam dan Ihsan
Menjadi Persyaratan dalam Membentuk Insan Kamil...........................................................................................................................
Menggali Sumber Teologis,
Historis dan Filosofis Tentang Iman Islam dan Ihsan Sebagai Pilar Agama Islam
dalam Membentuk Insan Kamil.....................................
Membangun Argumen tentang Karakteristik Insan Kamil dan Metode
Pencapaiannya.............................................................................................................
Mendeskripsikan tentang Esensi dan Urgensi Iman Islam dan Ihsan dalam
membentuk Insan Kamil.............................................................................................
BAB III
Penutupan....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
PENGERTIAN IMAN
Selanjutnya
Nabi ditanya mengenai iman. Beliau bersabda, “Iman itu ialah engkau
beriman kepada Alloh, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rosul-Nya, hari
akhir dan engkau beriman terhadap qodho’ dan qodar; yang baik maupun yang
buruk”. Jadi Iman yang dimaksud disini mencakup perkara-perkara batiniyah yang
ada di dalam hati. Syaikh Ibnu ‘Utsaimin mengatakan: Diantara faedah yang
bisa dipetik dari hadits ini adalah pembedaan antara islam dan iman, ini
terjadi apabila kedua –keduanya disebutkan secara bersama –sama, maka ketika itu islam
ditafsirkan dengan amalan – amalan anggota badan sedangkan iman ditafsirkan
dengan amalan – amalan hati, akan tetapi bila sebutkan secara mutlak salah
satunya (islam saja atau iman saja) maka sudah mencakup yang lainnya. Seperti
dalam firman Allah Ta’ala, “Dan Aku telah ridho Islam menjadi agama kalian.”
(Al- Ma’idah:3) maka kata Islam di sini sudah mencakup islam dan iman... (Ta’liq Syarah Arba’in hlm.
17)
PENGERTIAN ISLAM
Di dalam hadits tersebut, ketika Rosululloh ditanya
tentang Islam beliau menjawab, “Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak
ada sesembahan (yang haq) selain Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah utusan
Alloh, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat, berpuasa romadhon dan berhaji ke
Baitulloh jika engkau mampu untuk menempuh perjalanan ke sana”. Syaikh
Ibnu Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini
ialah bahwa Islam itu terdiri dari 5 rukun (Ta’liq Syarah Arba’in hlm.
14). Jadi Islam yang dimaksud disini adalah amalan-amalan lahiriyah yang
meliputi syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji.
PENGERTIAN IHSAN
Nabi juga ditanya oleh Jibril tentang ihsan. Nabi
bersabda, “Yaitu engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya,
maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu”. Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah
yang bisa dipetik dari hadits ini adalah penjelasan tentang ihsan yaitu seorang
manusia menyembah Robbnya dengan ibadah yang dipenuhi rasa harap dan keinginan,
seolah-olah dia melihat-Nya sehingga diapun sangat ingin sampai kepada-Nya, dan
ini adalah derajat ihsan yang paling sempurna. Tapi bila dia tidak bisa
mencapai kondisi semacam ini maka hendaknya dia berada di derajat kedua yaitu:
menyembah kepada Alloh dengan ibadah yang dipenuhi rasa takut dan cemas dari
tertimpa siksa-Nya, oleh karena itulah Nabi bersabda, “Jika kamu tidak bisa
melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu” artinya jika kamu tidak mampu
menyembah-Nya seolah-olah kamu melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
(Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 21). Jadi tingkatan ihsan ini mencakup perkara
lahir maupun batin.
PENGERTIAN INSAN KAMIL
Insan
kamil berasal dari bahasa Arab, yaitu dari dua kata Insan dan kamil. Secara
harfiah, Insan berarti manusia, dan kamil berarti yang sempurna. Dengan demikian,
insan kamil berarti manusia yang sempurna.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Menelusuri Konsep dan Urgensi Iman Islam dan Ihsan dalam Membentuk Insan
Kamil
Menurut Ibn
Araby, ada dua tingkatan menusia dalam mengimani Tuhan.
·
Tingkat insan kamil. Mereka
mengimani Tuhan dengan cara penyaksian. Artinya, mereka — menyaksikan” Tuhan;
mereka menyembah Tuhan yang disaksikannya.
·
Manusia beragama pada umumnya.
Mereka mengimami Tuhan dengan cara mendefinisikan. Artinya, mereka tidak menyaksikan
Tuhan. Tetapi mereka mendefinisikan Tuhan. Mereka mendefinisikan Tuhan
berdasarkan sifat - sifat dan nama - nama Tuhan. ( Asma’ul Husna )
2. Tingkatan Insan Kamil
Abdulkarim
Al - Jilli membagi insan kamil atas tiga tingkatan.
·
Tingkat Pemula (al-bidayah).
Pada tingkat ini insan kamil mulai dapat merealisasikan asma dan sifat - sifat
ilahi pada dirinya.
·
Tingkat menengah (at-tawasuth).
Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit kehalusan sifat kemanusiaan yang
terkait dengan realitas kasih Tuhan (al-haqaiq ar-ramaniyyah). Pengetahuan yang
dimiliki oleh insan kamil pada tingkat ini telah meningkat dari pengetahuan
biasa, karena sebagian dari hal - hal yang gaib telah dibukakan Tuhan
kepadanya.
·
Tingkat terakhir (al-khitam).
Pada tinhgkat ini insan kamil telah dapat merealisasikan citra Tuhan secara
utuh. Iapun telah dapat mengetahui rincian dari rahasia penciptaan takdir
3. Mengapa Iman Islam dan Ihsan Menjadi Persyaratan dalam Membentuk Insan
Kamil
Apakah anda percaya akan adanya Allah? Mereka
semua memberikan jawaban yang sama kami percaya akan adanya Allah, kami percaya
akan adanya malaikat - malaikatnya dan seterusnya. Kemudian jika ditanya lebih
lanjut adakah manusia yang tidak percaya akan adannya malaikat, dan adakah
manusia yang tidak percaya adanya tuhan, dan serterusnya. Hampir semua
mahasiswa menjawab tidak ada seorang manusiapun yang tidak percaya akan adanya
Tuhan, tidak ada seorang manusiapun yang tidak percaya akan adanya malaikat,
dan seterusnya. Semua manusia percaya adanya Tuhan, dan seterusnya.
4. Menggali Sumber Teologis, Historis dan Filosofis Tentang Iman Islam dan
Ihsan Sebagai Pilar Agama Islam dalam Membentuk Insan Kamil
·
Menggali Sumber Teologis,
Historis, dan Filosofis Tentang Iman, Islam, dan Ihsan sebagai Pilar Agama
Islam
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Umar Bin Khatab r.a diatas kaum
muslimin menetapkan adanya tiga unsur penting dalam agama islam yakni, iman,
islam, dam ihsan sebagai kesatuan yang utuh.
Akidah merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar islam dan akhlak
merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar ihsan.
·
Menggali Sumber Teologis,
Historis, dan Filosofis Konsep Insan Kamil
Istilah Insan Kamil (manusia sempurna) pertama kali diperkenalkan oleh
syekh Ibn Araby ( abad ke - 14 ). Ia menyebutkan ada dua jenis manusia, yakni
insan kamil dan monster setengah manusia. Jadi, kata Ibn Araby, jika tidak
menjadi insan kamil, maka manusia menjadi monster setengah manusia. Insan kamil
adalah manusia yang telah menanggalkan kemonsteranya. Konsekuensinya, diluar
kedua jenis manusia ini da manusia yang sedang berproses menanggalkan
kemonsterannya dalam membentuk insan kamil.
a. Konsep
Manusia dalam Al-Quran.
Secara umum, pembicaraan tentang konsep manusia selalu berkisar dalam dua
dimensi, yakni dimensi jasmani dan rohani, atau dimensi lahir dan batin.
b. Unsur
-unsur Manusia Pembentuk Insan Kamil
Secara ringkas, Al - Ghazali (dalam othman, 1987: 31-33) menyebut beberapa
instrumen untuk mencari pengetahuan yang benar serta kapasitas untuk
mencapainya. Pertama, panca indra. Panca indra memiliki keterbatasan dan tidak
bisa mencapai pengetahuan yanng benar, setelah dinilai oleh akal. Kedua, akal.
Dengan metode ini, dengan cara yang sama, seharusnya orangpun menuilai tingkat
kebenaran akal. Orang seharusnya menggunakan cara yang sama dengan cara yang
digunakan oleh akal ketika menulai kekeliruan panca indra.
·
Nur ilahi. Ketika Al- Ghazali
sembuh dari sakitnya ia menuturkan, kesembuhannya dari sakit karena adanya nur
ilahi yang menembus dirinya. Kemudian Al- Ghazali mengungkapkan pandangannya
tentang nur ilahi sebagai berikut. Kapan saja Allah menghendaki untuk memimpin
seseorang, maka jadilah demikian. Dialah yang melapangkan dada orang itu untuk
berislam. ( QS: Al- An am/ 6:125. )
5. Membangun Argumen tentang Karakteristik Insan Kamil dan Metode
Pencapaiannya
Karakteristik insan kamil
Insan kamil bukanlah manusia pada umumnya. Menurut ibnu araby meyebutkan
adanya dua jenis manusia yaitu insan kamil dan monster bertubuh manusia.
Maksudnya jika tidak menjadi insan kamil, maka manusia akan menjadi monster
bertubuh manusia. Untuk itu kita perlu mengenali tempat unsur untuk mencapai
derajat insan kamil, diantaranya :
-
Jasad
-
Hati nurani
-
Roh
-
Sirr (rasa
Untuk mencapai derajat insan kamil kita haras dapat menundukkan nafsu dan
syahwat hingga mencapai tangga nafsu muthama’inah. Hal ini dapat dilihat pada
QS Al Fajr/89;27-30.
Yang artinya: “hai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati
yang puas lagi diridhoinya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaku,
masuklah kedalam surgaku.”
Ayat di atas dengan jelas menegaskan bahwa nafsu muthma’inah merupakan
titik berangkat untuk kembali kepada tuhan. Akan tetapi, dengan modal nafsu
muthama’inah pun masih di perintah lagi oleh allah untuk menaiki tangga nafsu
diatasnya. Menurut imam ghazali ada 7 macam nafsu sebagai proses taraqqi
(menaik) yaitu :
1.
Nafsu ammarah
2.
Nafsu lawwamah
3.
Nafsu mulhimah
4.
Nafsu muthma’inah
5.
Nafsu radhiyah
6.
Nafsu mardiyyah
7.
Nafsu kamilah
·
Metode Mencapai Insan Kamil
cara konkret :
ü Memulai sholat jika tuhan yang akan disembah itu sudah dapat dihadirkan
dalam hati, sehingga ia menyembah tuhan yang benar- benar tuhan.
ü Berniat sholat karna allah.
ü Selalu menjalankan sholat dan keadaan hatinya hanya mengingat Allah
ü Shalat yang telah didirikannya itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar
6. Mendeskripsikan tentang Esensi dan Urgensi Iman Islam dan Ihsan dalam
membentuk Insan Kamil
Insan kamil
merupakan tipe manusia ideal yang dikehendaki oleh tuhan. Hal ini disebabkan,
jika tidak menjadi insan kamil maka manusia itu hanyalah monster bertubuh
manusia.
Siapa dan bagaimana insan kamil itu?
Dalam perspektif islam manusia memiliki 4 unsur yaitu : jasad, hati, roh
dan rasa. Yang berfungsi untuk menjalankan kehendak ilahi. Untuk mengkokohkan
keimanan akan menjadi manusia yang insan kamil maka kaimanan kita haras
mencapai tingkat yakin. Maka kita haras mengidentifikasi yang mengacu pada
rukun iman. Sedangkan untuk dapat beribadah secara bersungguh-sungguh dan
ikhlas, maka segala ibadah yang kita lakukan mengacu pada rukun islam.
Kaum sufi memberikan tips untuk dapat menaiki tangga demi tangga, maka
seseorang yang berkehendak mencapai martabat insan kamil diharuskan melakukan
riyadhah (berlatih terus-menerus) untuk menapaki maqam demi maqam yang biasa
ditempuh oleh bangsa sufi dalam perjalanannya menuju tuhan. Maqam-maqam yang
dimaksud merupakan karakter-karakter inti yang memiliki 6 unsur :
1.
Taubat.
2.
Wara’.
3.
Zuhud.
4.
Faqir.
5.
Sabar
6.
Tawakkal.
BAB III
PENUTUPAN
Iman
yang dimaksud disini mencakup perkara-perkara batiniyah yang
ada di dalam hati manusia. Islam itu engkau
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang haq) selain Allah dan bahwasanya
Muhammad adalah utusan Allah, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat, berpuasa ramadhan
dan berhaji ke Baitullah jika engkau mampu untuk menempuh perjalanan ke sana. Ihsan Yaitu engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah
engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah)
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Insan
berarti manusia, dan kamil berarti yang sempurna. Dengan demikian, insan kamil
berarti manusia yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.nonetips.me/2019/02/makalah-mengintegrasikan-iman-islam-dan.html?m=1
No comments:
Post a Comment