Sunday, January 12, 2020

MENGINTEGRASIKAN IMAN, ISLAM, DAN IHSAN UNTUK MEMBANGUN INSAN KAMIL (Makalah)


MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“MENGINTEGRASIKAN IMAN, ISLAM, DAN IHSAN UNTUK MEMBANGUN INSAN KAMIL”

Dosen Pengampu:
Dr. Amaliyah, M.Pd.

Disusun oleh :
1.     Rosa Putri Salsabila (1102619034)
2.     Oktavianti Zenia Putri (1102619038)
3.     Widya Prasetyaningtyas (1102619054)
4.     Nada Ramadhan Jatutama (1102619069)


 PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019


KATA PENGANTAR
                                                  
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidata, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tugas Pendidikan Agama Islam Materi 4 yang berjudul MENGINTEGRASIKAN        IMAN ISLAM DAN IHSAN DALAM MEMBENTUK INSAN KAMIL.”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenunya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapa memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang berjudul Mengintegrasikan Iman Islam dan Ihsan dalam membentuk Insan Kamil ini dapat memberikan manfaat inspirasi terhadap pembaca.



DAFTAR ISI

Cover............................................................................................................................
Kata Pengantar............................................................................................................
Daftar Isi....................................................................................................................
BAB I
Pendahuluan................................................................................................................
BAB II  Pembahasan
Menelusuri Konsep dan Urgensi Iman Islam dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil...........................................................................................................................
Tingkatan Insan Kamil................................................................................................
Mengapa Iman Islam dan Ihsan Menjadi Persyaratan dalam Membentuk Insan Kamil...........................................................................................................................
Menggali Sumber Teologis, Historis dan Filosofis Tentang Iman Islam dan Ihsan Sebagai Pilar Agama Islam dalam Membentuk Insan Kamil.....................................
Membangun Argumen tentang Karakteristik Insan Kamil dan Metode Pencapaiannya.............................................................................................................
Mendeskripsikan tentang Esensi dan Urgensi Iman Islam dan Ihsan dalam membentuk Insan Kamil.............................................................................................
BAB III
Penutupan....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................





BAB I
PENDAHULUAN

PENGERTIAN IMAN
              Selanjutnya Nabi ditanya mengenai iman. Beliau bersabda, “Iman itu ialah engkau beriman kepada Alloh, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rosul-Nya, hari akhir dan engkau beriman terhadap qodho’ dan qodar; yang baik maupun yang buruk”. Jadi Iman yang dimaksud disini mencakup perkara-perkara batiniyah yang ada di dalam hati. Syaikh Ibnu ‘Utsaimin mengatakan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah pembedaan antara islam dan iman, ini terjadi apabila kedua –keduanya disebutkan secara  bersama –sama, maka ketika itu islam ditafsirkan dengan amalan – amalan anggota badan sedangkan iman ditafsirkan dengan amalan – amalan hati, akan tetapi bila sebutkan secara mutlak salah satunya (islam saja atau iman saja) maka sudah mencakup yang lainnya. Seperti dalam firman Allah Ta’ala, “Dan Aku telah ridho Islam menjadi agama kalian.” (Al- Ma’idah:3) maka kata Islam di sini sudah mencakup islam dan iman... (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 17)
PENGERTIAN ISLAM
              Di dalam hadits tersebut, ketika Rosululloh ditanya tentang Islam beliau menjawab, “Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang haq) selain Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat, berpuasa romadhon dan berhaji ke Baitulloh jika engkau mampu untuk menempuh perjalanan ke sana”. Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini ialah bahwa Islam itu terdiri dari 5 rukun (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 14). Jadi Islam yang dimaksud disini adalah amalan-amalan lahiriyah yang meliputi syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji.
PENGERTIAN IHSAN
                 Nabi juga ditanya oleh Jibril tentang ihsan. Nabi bersabda, “Yaitu engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah penjelasan tentang ihsan yaitu seorang manusia menyembah Robbnya dengan ibadah yang dipenuhi rasa harap dan keinginan, seolah-olah dia melihat-Nya sehingga diapun sangat ingin sampai kepada-Nya, dan ini adalah derajat ihsan yang paling sempurna. Tapi bila dia tidak bisa mencapai kondisi semacam ini maka hendaknya dia berada di derajat kedua yaitu: menyembah kepada Alloh dengan ibadah yang dipenuhi rasa takut dan cemas dari tertimpa siksa-Nya, oleh karena itulah Nabi bersabda, “Jika kamu tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu” artinya jika kamu tidak mampu menyembah-Nya seolah-olah kamu melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 21). Jadi tingkatan ihsan ini mencakup perkara lahir maupun batin.
PENGERTIAN INSAN KAMIL
                 Insan kamil berasal dari bahasa Arab, yaitu dari dua kata Insan dan kamil. Secara harfiah, Insan berarti manusia, dan kamil berarti yang sempurna. Dengan demikian, insan kamil berarti manusia yang sempurna.

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Menelusuri Konsep dan Urgensi Iman Islam dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil
Menurut Ibn Araby, ada dua tingkatan menusia dalam mengimani Tuhan.
·         Tingkat insan kamil. Mereka mengimani Tuhan dengan cara penyaksian. Artinya, mereka — menyaksikan” Tuhan; mereka menyembah Tuhan yang disaksikannya.
·         Manusia beragama pada umumnya. Mereka mengimami Tuhan dengan cara mendefinisikan. Artinya, mereka tidak menyaksikan Tuhan. Tetapi mereka mendefinisikan Tuhan. Mereka mendefinisikan Tuhan berdasarkan sifat - sifat dan nama - nama Tuhan. ( Asma’ul Husna )
2.      Tingkatan Insan Kamil
Abdulkarim Al - Jilli membagi insan kamil atas tiga tingkatan.
·         Tingkat Pemula (al-bidayah). Pada tingkat ini insan kamil mulai dapat merealisasikan asma dan sifat - sifat ilahi pada dirinya.
·         Tingkat menengah (at-tawasuth). Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit kehalusan sifat kemanusiaan yang terkait dengan realitas kasih Tuhan (al-haqaiq ar-ramaniyyah). Pengetahuan yang dimiliki oleh insan kamil pada tingkat ini telah meningkat dari pengetahuan biasa, karena sebagian dari hal - hal yang gaib telah dibukakan Tuhan kepadanya.
·         Tingkat terakhir (al-khitam). Pada tinhgkat ini insan kamil telah dapat merealisasikan citra Tuhan secara utuh. Iapun telah dapat mengetahui rincian dari rahasia penciptaan takdir

3.      Mengapa Iman Islam dan Ihsan Menjadi Persyaratan dalam Membentuk Insan Kamil
Apakah anda percaya akan adanya Allah? Mereka semua memberikan jawaban yang sama kami percaya akan adanya Allah, kami percaya akan adanya malaikat - malaikatnya dan seterusnya. Kemudian jika ditanya lebih lanjut adakah manusia yang tidak percaya akan adannya malaikat, dan adakah manusia yang tidak percaya adanya tuhan, dan serterusnya. Hampir semua mahasiswa menjawab tidak ada seorang manusiapun yang tidak percaya akan adanya Tuhan, tidak ada seorang manusiapun yang tidak percaya akan adanya malaikat, dan seterusnya. Semua manusia percaya adanya Tuhan, dan seterusnya.
4.      Menggali Sumber Teologis, Historis dan Filosofis Tentang Iman Islam dan Ihsan Sebagai Pilar Agama Islam dalam Membentuk Insan Kamil
·         Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis Tentang Iman, Islam, dan Ihsan sebagai Pilar Agama Islam
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Umar Bin Khatab r.a diatas kaum muslimin menetapkan adanya tiga unsur penting dalam agama islam yakni, iman, islam, dam ihsan sebagai kesatuan yang utuh.
Akidah merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar islam dan akhlak merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar ihsan.
·         Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis Konsep Insan Kamil
Istilah Insan Kamil (manusia sempurna) pertama kali diperkenalkan oleh syekh Ibn Araby ( abad ke - 14 ). Ia menyebutkan ada dua jenis manusia, yakni insan kamil dan monster setengah manusia. Jadi, kata Ibn Araby, jika tidak menjadi insan kamil, maka manusia menjadi monster setengah manusia. Insan kamil adalah manusia yang telah menanggalkan kemonsteranya. Konsekuensinya, diluar kedua jenis manusia ini da manusia yang sedang berproses menanggalkan kemonsterannya dalam membentuk insan kamil.
a.    Konsep Manusia dalam Al-Quran.
Secara umum, pembicaraan tentang konsep manusia selalu berkisar dalam dua dimensi, yakni dimensi jasmani dan rohani, atau dimensi lahir dan batin.

b.     Unsur -unsur Manusia Pembentuk Insan Kamil
Secara ringkas, Al - Ghazali (dalam othman, 1987: 31-33) menyebut beberapa instrumen untuk mencari pengetahuan yang benar serta kapasitas untuk mencapainya. Pertama, panca indra. Panca indra memiliki keterbatasan dan tidak bisa mencapai pengetahuan yanng benar, setelah dinilai oleh akal. Kedua, akal. Dengan metode ini, dengan cara yang sama, seharusnya orangpun menuilai tingkat kebenaran akal. Orang seharusnya menggunakan cara yang sama dengan cara yang digunakan oleh akal ketika menulai kekeliruan panca indra.
·         Nur ilahi. Ketika Al- Ghazali sembuh dari sakitnya ia menuturkan, kesembuhannya dari sakit karena adanya nur ilahi yang menembus dirinya. Kemudian Al- Ghazali mengungkapkan pandangannya tentang nur ilahi sebagai berikut. Kapan saja Allah menghendaki untuk memimpin seseorang, maka jadilah demikian. Dialah yang melapangkan dada orang itu untuk berislam. ( QS: Al- An am/ 6:125. )
5.      Membangun Argumen tentang Karakteristik Insan Kamil dan Metode Pencapaiannya
Karakteristik insan kamil
Insan kamil bukanlah manusia pada umumnya. Menurut ibnu araby meyebutkan adanya dua jenis manusia yaitu insan kamil dan monster bertubuh manusia. Maksudnya jika tidak menjadi insan kamil, maka manusia akan menjadi monster bertubuh manusia. Untuk itu kita perlu mengenali tempat unsur untuk mencapai derajat insan kamil, diantaranya :
-          Jasad
-          Hati nurani
-          Roh
-          Sirr (rasa
Untuk mencapai derajat insan kamil kita haras dapat menundukkan nafsu dan syahwat hingga mencapai tangga nafsu muthama’inah. Hal ini dapat dilihat pada QS Al Fajr/89;27-30.
Yang artinya: “hai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoinya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaku, masuklah kedalam surgaku.”
Ayat di atas dengan jelas menegaskan bahwa nafsu muthma’inah merupakan titik berangkat untuk kembali kepada tuhan. Akan tetapi, dengan modal nafsu muthama’inah pun masih di perintah lagi oleh allah untuk menaiki tangga nafsu diatasnya. Menurut imam ghazali ada 7 macam nafsu sebagai proses taraqqi (menaik) yaitu :
1.          Nafsu ammarah
2.          Nafsu lawwamah
3.          Nafsu mulhimah
4.          Nafsu muthma’inah
5.          Nafsu radhiyah
6.          Nafsu mardiyyah
7.          Nafsu kamilah

·         Metode Mencapai Insan Kamil cara konkret :
ü  Memulai sholat jika tuhan yang akan disembah itu sudah dapat dihadirkan dalam hati, sehingga ia menyembah tuhan yang benar- benar tuhan.
ü  Berniat sholat karna allah.
ü  Selalu menjalankan sholat dan keadaan hatinya hanya mengingat Allah
ü  Shalat yang telah didirikannya itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar

6.      Mendeskripsikan tentang Esensi dan Urgensi Iman Islam dan Ihsan dalam membentuk Insan Kamil
Insan kamil merupakan tipe manusia ideal yang dikehendaki oleh tuhan. Hal ini disebabkan, jika tidak menjadi insan kamil maka manusia itu hanyalah monster bertubuh manusia.
Siapa dan bagaimana insan kamil itu?
Dalam perspektif islam manusia memiliki 4 unsur yaitu : jasad, hati, roh dan rasa. Yang berfungsi untuk menjalankan kehendak ilahi. Untuk mengkokohkan keimanan akan menjadi manusia yang insan kamil maka kaimanan kita haras mencapai tingkat yakin. Maka kita haras mengidentifikasi yang mengacu pada rukun iman. Sedangkan untuk dapat beribadah secara bersungguh-sungguh dan ikhlas, maka segala ibadah yang kita lakukan mengacu pada rukun islam.
Kaum sufi memberikan tips untuk dapat menaiki tangga demi tangga, maka seseorang yang berkehendak mencapai martabat insan kamil diharuskan melakukan riyadhah (berlatih terus-menerus) untuk menapaki maqam demi maqam yang biasa ditempuh oleh bangsa sufi dalam perjalanannya menuju tuhan. Maqam-maqam yang dimaksud merupakan karakter-karakter inti yang memiliki 6 unsur :
1.                Taubat.
2.                Wara’.
3.                Zuhud.
4.                Faqir.
5.                Sabar
6.                Tawakkal.

BAB III
PENUTUPAN

Iman yang dimaksud disini mencakup perkara-perkara batiniyah yang ada di dalam hati manusia. Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang haq) selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat, berpuasa ramadhan dan berhaji ke Baitullah jika engkau mampu untuk menempuh perjalanan ke sana. Ihsan Yaitu engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Insan berarti manusia, dan kamil berarti yang sempurna. Dengan demikian, insan kamil berarti manusia yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.nonetips.me/2019/02/makalah-mengintegrasikan-iman-islam-dan.html?m=1

No comments:

Post a Comment

Mithoni, Adat Budaya Jawa yang Sudah Mendarah Daging

LAPORAN HASIL OBSERVASI AGAMA “Mithoni, Adat Budaya Jawa yang Sudah Mendarah Daging” Disusun oleh : Prasasti Reihani Aulia Put...