Tuesday, January 14, 2020

Mithoni, Adat Budaya Jawa yang Sudah Mendarah Daging


LAPORAN HASIL OBSERVASI AGAMA
“Mithoni, Adat Budaya Jawa yang Sudah Mendarah Daging”


Disusun oleh :
Prasasti Reihani Aulia Putri –
Rika Amelia – 1102619011
Sahna Mala Denara –
Zahra Gustika Putri – 1102619018

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN KHUSUS
2019

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam kehidupan masyarakat tentunya tidak lepas dari suatu kebudayaan atau tradisi, dimana kebudayaan tersebut dihasilkan oleh masyarakat sendiri. Kebudayaan muncul merupakan hasil prilaku masyarakat yang sering kali dilakukan. Kebudayaan merupakan cerminan dari identitas atau ciri khas suatu masyarakat tertentu.
Mengutuip dari kebudayaan menurut Koentjaraningrat “kebudayaan adalah seluruh gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Serta dari kebudayaan dapat tampak suatu watak (ethos). Seperti yang tampak misalnya, gaya tingkah laku, atau benda-benda hasil karya asyarakat.
Suatu tradisi merupakan warisan nenek moyang secara temurun dan tentunya memiliki makna dan tujuan tersendiri. Kepercayaan nenek moyang yang kental tentu mempengaruhi bagaimana tradisi itu tercipta bahkan hingga kini masih dipertahankan, walaupun kebudayaannya sudah bercampur dengan kebudayaan lainnya. Adapun kepercayaan nenek moyang tentang kekuatan (animisme, dinamisme), dan adapula tradisi masyarakat berupa upacara adat istiadat.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa itu tradisi Mithoni ?
2.      Apa yang menjadi ciri khas tradisi ?
3.      Apa makna atau arti penting dari tradisi mithoni ?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui tradisi mithoni
2.      Mengetahui tradisi yang menjadi identitas atau ciri khas suatu adat
3.      Mengetahui makna atau arti penting dari sebuah tradisi mithoni



1.4   Metode
Untuk mendapatkan informasi dan data yang diperlukan, kami melakukan metode, wawancara dan kepustakan internet.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1  Kajian Pustaka
1.      Definisi kebudayaan
Kebudayaan adalah seluruh gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang di hasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Serta dari kebudayaa dapat tampak suatu watak (ethos). Seperti yang tampak misalnya, gaya tingkah laku, atau benda-benda hasil karya masyarakat. Sedangkan tradisi dalam bahasa latin “traditio” artinya “diteruskan”. Tradisi adalah kebiaasaan yang dianut oleh masyarakat danberlangsung sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

2.      Definisi Mithoni
Tradisi nujuh bulan diartikan sebagai upacara sedekah makanan dan doa bersama, yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan ketenraman untuk keluarga yang menyelenggarakan.
Selametan sendiri berasal dari kata selamet, yang berarti selamat, bahagia, sentausa. Selamat dapat dimaknai sebagai keadaan yang lepas dari keadaan-keadaan yang tidak dikehendaki. Sehingga selametan bisa diartikan sebagai kegiatan masyarakat yang biasanya di gambarkan sebagai pesta ritual, baik upacara dirumah maupun di desa. Upacara slametan termasuk kegiatan batiniah yang bertujuan untuk mendapatkan ridho dar Tuhan. Kegiatan slametan menjadi tradisi hampir seluruh kehidupan di pedusunan Jawa. Bahkan ada yang mempercayai bahwa slametan adalah syarat spiritual yang wajib dilakukan dan jika dilanggar akan mendapatkan ketidakberkahan atau kecelakaan.
Selametan nujuh bulan bisa disebut dengan mithoni atau tingkeuban. Disebut mithoni, karena upacara dilaksanakan pada saat kandungan berusia 7 bulan. Dalam bahasa jawa tujuh adalah pitu maka jadilah sebutan mithoni. Disebut tingkeuban yakni, slametan kehamilan usia 7 bulan dimana “sudah tingkeb” yang artinya ” tutup” , maksudnya si bu yang sedang mengandung 7 bulan tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai empat puluh hari sesudah persalina, dan jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang sedang di kandung sudah mulai besar. Hal ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.Selametan bulan ke tujuh kehamilan biasanya dilakukan oleh orang jawa yang sering disebut tradisi mithoni. Tujuan utama tradisi slametan nujuh bulan yang sudah berlangsung turun-temurun ini adalah memohon kepada Tuhan agar ibu yang hamil dan bayi dalam kandungannya selamat hingga lahir.

3.      Tata Cara Mithoni
Kami mewawancarai sudah tinggal di Jakarta, maka tata caranya tidak begitu sulit dan lebih sederhana jika dibanding yang dikampung.
Mithoni atau selametan tujuh bulanan, dilakukan setelah kehamilan seorang ibu genap usia 7 bulan atau lebih. Dilaksanakan tidak boleh kurang dari 7 bulan, sekalipun kurang sekali. Tujuan mithoni agar supaya ibu dan janin selalu di jaga dalam kesejahteraan dan keselamatan.         
Mithoni tidak dapat diselenggarakan sewaktu-waktu, biasanya memilih hari yang dianggap baik untuk menyelenggarakan upacara mithoni. Hari baik untuk acara mithoni adalah hari selasa (senin siang sampai malam), atau sabtu (jumat siang sampai malam) dan diselenggarakan pada waktu siang atau sore hari. Sedangkan tempat untuk menyelenggarakan upacara biasanya di ruang keluarga atau ruang yang mempunyai luas yang cukup untuk menyelenggarakan upacara.
Pengajian dengan membaca ayat-ayat suci al-Qur’an, terutama surat Yusuf dan surat Mariyam, serta memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembacaan surat Yusuf dimaksudkan agar bayi yang akan lahir kelak akan meneladani sifat-sifat Nabi Yusuf, serta memiliki paras yang rupawan seperti Nabi Yusuf jika laki-laki. Sedangkan dibcakannya surat Mariyam agar bayi yang akan di lahirkan kelak memiliki paras cantik seprti Mariyam.

4.      Makna yang terkandung dalam unsur mithoni atau nujuh bulanan bagi masyarakat.
Upacara mithoni adalah  upacara yang diselenggarakan ketika kandungan berusia tujuh bulan, yang menjadikan tradisi ini bisa bertahan karena didalamnya menganut yang baik, dan menurutnya apa salahnya memohon pertolongan atau berdoa bersama, sama-sama mendoakan supaya bayi yang ada di dalam kandungan diberikan kesehatan dan keselamatan sampai ia dilahirkan.

5.      Tujuan Dan Manfaat Diadakan Nujuh Bulan
Memohon keselamatan kepada Allah SWT, dan bermanfaat agar anak yang dikandung akan lahir dengan gangsar (mudah), sehat, selamet, fisik yang sempurna, dan tidak ada gangguan apa-apa. Selametan ini juga akan membuat ibu hamil percaya diri, menguatkan ibu dalam masa transisi perubahan peran menjadi seorang ibu, merubah cara pandang ibu terhadap perubahan tubuh selama kehamilan, meningkatkan rasa aman dan ras dihargai.

6.      Kaitan Nujuh Bulan Dengan Ajaran Islam

Secara nyata di dalam al-Qur’an tidak ada petunjuk untuk melakukan tradisi tersebut, sehingga ada yang mengatakan bid’ah atau sesat. Sebenarnya pelaksanaan mithoni berangkat dari memahmi hadits Nabi yang diriwayatkan oleh bukhori, yang menjelaskan tentang proses perkembangan janin dalam rahim. Dalam hadis tersebut dinyatakan bahwapada saat janin berumur 120 hari (4 bulan) dalam kandungan ditiupkan ruh dan di tentukan 4 perkara, yaitu umur, jodoh, rizki, dan nasibnya. Sekalipun dalam hadits tersebut tidak ada perintah untuk melakukan ritual, tetapi untuk memehon pertolongan pada saat itu tidak dilarang.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  Definisi Metode Penelitian
Metode ( yunani : metodos, metode) adalah cara atau jalan, yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan .( Koentjaraningrat, metode-metode penelitian masyarakat, garmedia.1997: hl.16).
Metode merupakan aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek penelitian.
Menurut Hadi, penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Dengan upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian.

3.2  Lokasi Observasi
Jalan Balimatraman Gg. Rusa VI Rt.09/Rw.08 No. 21 A, Kel. Manggarai Selatan, Kec. Tebet, Jakarta Selatan

3.3  Teknik Pengumpulan Data

1.      Wawancara
Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Seperti kutipan wawancara kami dengan ibu Narti hari Sabtu, 4 Januari 2020 :
Pewawancara  : 7 bulanan itu apasih bu ?
Ibu Narti          : Acara untuk memperingati kandungan sudah berusia 7 bulan
Pewawancara  : Kegiatannya itu seperti apasih bu ?
Ibu Narti          : Selametan nujuh bulanan ngundang tetangga sekitar, membuat makanan untuk dibagikan beserta rujakan
Pewawancara  : Sudah jadi budaya atau gimana bu?
Ibu Narti          : Sudah turun temurun
Pewawancara  : Menurut ibu keberatan atau tidak melaksanakan acara itu?
Ibu Narti          : Karena sudah jadi tradisi ya tidak keberatan, karena kan kalua di Jakarta hanya menyiapkan makanan dan rujakan saja, lain lagi kalua dikampung itu mungkin agak berat
Pewawancara  : Menurut ibu banyak manfaatnya atau mudaratnya?
Ibu Narti          : Acara ini kan sudah turun temurun dari nenek moyang, singkatnya agar selamat sampai hari lahir tiba karena 7 bulan sudah mendekati hari kelahiran dan ibarat orang jawa sudah melewati masa cobaan dalam mengandung. Hanya tinggal meminta perlindungan sama Allah. Menurut saya tidak ada mudaratnya, mungkin mudarat atau tidaknya tergantung niat dari yang melaksanakan adat tersebut. Intinya semua harus diserahkan kepada Allah untuk keselamatan ibu dan anak.

BAB IV
PENUTUP

4.1   Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan maka dapat di tarik kesimpulan bahwa:
1.      Sebuah kebudayaan yang bearda di suatu daerah tertentu misalanya “tradisi nujuh bulan“ memberikan pengertian tersendiri bahwa suatu tradisi tersebut memiliki identitas terhadap budayanya.

2.       Tujuan dari tradidi nujuh bulan memohon keselamatan kepada Allah SWT, dan bermanfaat agar anak yang dikandung akan lahir dengan gangsar (mudah), sehat, selamet, fisik yang sempurna, dan tidak ada gangguan apa-apa. Selametan ini juga akan membuat ibu hamil percaya diri, menguatkan ibu dalam masa transisi perubahan peran menjadi seorang ibu, merubah cara pandang ibu terhadap perubahan tubuh selama kehamilan, meningkatkan rasa aman dan ras dihargai.

4.2   Saran
Apabila kita lihat sekarang pada zaman modern ini, banyak sekali dari beberapa kalangan yang kurang perduli tentang kebudayaan. Maka perlunya sebuah kesadaran mengeni betapa pentingnya Arti dari sebuah kebudayaan. Bahwa kebudayaan merupakan identitas dari suatu daerah tersebut. Lebih baik menjaga kebudayaan yang telah ada dan terus mengembangkannya selama tidak menyalahi atau melanggar aturan dan ketentuan-ketentuannya.


















MAKALAH AGAMA ISLAM “ISLAM MEMBANGUN PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAN”


MAKALAH AGAMA ISLAM
“ISLAM MEMBANGUN PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAN”


DOSEN PENGAMPU:
Dr. Amaliyah, M.Pd
DISUSUN OLEH:
Rika Amelia                             ( 1102619011 )
Zahra Gustika Putri                   ( 1102619018 )
Prasasti Reihani Aulia Putri       ( 1102619101 )
Sahna Mala Denara                  ( 1102619106 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019

KATA PENGANTAR


Dengan mengucap syukur alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya kami semua dapat menyelesaikan laporan makalah agama islam yang membahas tentang Islam dalam keberagaman. Walau dalam pembuatannya masih banyak kekurangan, namun pada akhirnya semua dapat teratasi.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang berbagai hal yang membahas tentang Islam dalam keberagaman.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Amaliyah, selaku dosen pengampu mata kuliah Agama Islam yang telah memberikan tugas ini. Tak lupa kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa dengan keterbatasan ilmu dan kemampuan, makalah agama Islam ini masih jauh dari kata sempurna, maka  dari itu kami menerima segala kritik dan saran dari para pembaca.


Jakarta, 13 Januari 2020



Penulis





DAFTAR ISI


Halaman
Kata Pengantar…………………………………………………………………1
Bab I……………………………………………………………………………
1.1  Latar Belakang ………………………………………………………...4
1.2  Rumusan Masalah……………………………………………………...5
1.3  Tujuan………………………………………………………………….5
Bab II…………………………………………………………………………..
2.1  Pengertian Persatuan dan Kesatuan Keberagaman…………………….6
2.2  Dalil-Dalil Tentang Persatuan dan Keberagaman……………………...6
2.3  Islam Dalam membangun Persatuan dan keberagaman………………..8
2.4  Upaua-Upaya Persatuan dalam Keberagaman…………………………9
Bab III………………………………………………………………………….
3.1  Kesimpulan…………………………………………………………….10
3.2  Saran…………………………………………………………………...10
Daftar Pustaka ………………………………………………………..........11














BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial. Apa yang dimaksud makhluk sosial? Makhluk Sosial adalah makhluk yang hidup tidak selalu bergantung kepada diri sendiri, tetapi ia selalu bergantung kepada orang lain jika ia membutuhkannya. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang diciptakan untuk hidup bersosialisasi dengan yang lain. Maka dari itu, karena adanya sosialisasi dalam hidup bermasyarakat maka muncullah keberagaman.
Apa itu keberagaman? Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang terutama suku, bangsa, ras, agama, ideologi, dan budaya (masyarakat yang majemuk).  Islam sebagai suatu agama juga mempunyai upaya-upaya untuk mempersatukan golongan atau masyarakat yang mempunyai banyak perbedaan.
Perbedaan dalam keberagaman sudah ada sejak zaman dahulu kala. Pada jaman Nabi Muhammad SAW contohnya, persaudaraan orang-orang disekitar nabi diikat oleh kesamaan iman (QS Al-Hujurat/49:10) menyatakan, “Innamal mu’minuna ikhwatun” artinya ‘sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara’. Persaudaraan kaum Muhajirin dengan kaum Ansar sangat baik. Mereka saling tolong menolong dalam berbagai hal. Ketika kaum Muhajirin datang ke Madinnah, kaum Ansar memberikan fasilitas untuk kaun Muhajirin. Hal tersebut merupakan model keberagaman yang sangat indah.
Lalu, pada zaman Nabi Muhammad SAW muncul juga piagam madinah. Apa itu piagam madinah? Piagam madinah adalah  sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di Yasthrib (kemudian bernama Madinah) pada tahun 622. Dokumen tersebut disusun sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan pertentangan sengit antara Bani 'Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu dokumen tersebut menetapkan sejumlah hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas piagam Madinah; sehingga membuat mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab disebut ummah.
Lalu bagaimana Islam membangun persatuan dalam keberagaman pada zaman sekarang? Upaya-upaya apa saja yang dilakukan masyarakat bahkan pemerintah untuk menyatukan segala hal dalam keberagaman?

1.2  Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini ialah:
·         Pengertian persatuan dan keberagaman.
·         Apa saja dalil-dalil terkait tentang persatuan dalam keberagaman?
·         Bagaimana Islam membangun persatuan dalam keberagaman?
·         Apa saja upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat untuk menciptakan persatuan dalam keberagaman?

1.3  Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah:
·         Mengetahui pengertian dari persatuan dan keberagaman.
·         Mengetahui dalil-dalil dalam Islam yang mengatur tentang persatuan dalam keberagaman.
·         Mengetahui bagaimana Islama dalam membangun persatuan dalam keberagaman.
·         Mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat dalam menciptakan persatuan dalam keberagaman.



BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Persatuan dan Keberagaman

Persatuan adalah perserikatan, ikatan atau gabungan beberapa bagian yang sudah bersatu. Persatuan dan kesatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh dan tidak terpecah belah. Persatuan mengandung makna terikatnya beberapa bagian menjadi satu kesatuan, sedangkan kesatuan berarti keadaan yang merupakan satu keutuhan.
Sedangkan keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan dalam berbagai bidang terutama suku bangsa, ras, agama, idelogi, budaya “masyarakat yang manjemuk”. Keragaman dalam masyarakat adalah sebuah keadaan yang menunjukkan perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat.
Jadi, persatuan dalam keberagaman ialah berbagai upaya yang dilakukan untuk menyatukan golongan atau masyarakat dimana terdapat perbedaan di dalamnya.

2.2  Dalil-Dalil tentang Persatuan dan Keberagaman

Di dalam Al-Quran yang membahas tentang keberagaman adalah QS. Al-Hujurat: 13.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Arab-Latin: Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ, inna akramakum 'indallāhi atqākum, innallāha 'alīmun khabīr.
 Terjemah Arti: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Terjemahan Makna Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari satu bapak, yaitu Adam dan satu ibu yaitu Hawwa. Maka janganlah merasa lebih utama di antara sebagian kalian atas sebagian yang lain dari sisi nasab. Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku melalui proses berketurunan, agar sebagian dari kalian mengenal sebagian yang lain. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa dan Maha teliti terhadap mereka.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 13. Wahai manusia! Sesungguhnya Aku menciptakan kalian dari satu laki-laki, yaitu bapak kalian Adam, dan satu wanita, yaitu ibu kalian Hawa, jadi nasab kalian itu satu, maka janganlah sebagian dari kalian menghina nasab sebagian yang lain. Dan kemudian Kami menjadikan kalian suku-suku yang banyak dan bangsa-bangsa yang menyebar agar sebagian dari kalian mengenal sebagian yang lain, bukan untuk saling merasa lebih tinggi, karena kedudukan yang tinggi itu hanya didapat dengan ketakwaan. Sesungguhnya orang yang paling mulia dari kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala kondisi kalian, Maha Mengenal kelebihan dan kekurangan kalian, tidak ada sesuatu pun dari hal itu yang luput dari-Nya.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram 13. يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ (Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan) Keduanya adalah Adam dan Hawa, yang menjadi penyatu bapak dan ibu; sehingga tidak ada alasan untuk membanggakan nasab dan garis keturunan, sebab semua orang sama. وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ(dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku) Makna (الشعب) yakni sekumpulan besar manusia yang terdiri dari beberapa kabilah, seperti bangsa Mudhar dan Rabi’ah. Sedangkan (القبيلة) lebih kecil dari itu seperti kabilah Bani Bakar dari bansa Mudhar, dan Bani Tamim dari bansa Rabi’ah. Pendapat lain mengatakan makna (الشعب) yakni suku orang-orang selain Arab. Sedangkan (القبيلة) adalah suku orang-orang Arab. لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ( supaya kamu saling kenal-mengenal) Yakni hanya untuk saling mengenal bahwa ia dari kabilah ini. Bukan untuk saling membanggakan garis keturunan. إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ( Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu) Yakni perbedaan diantara kalian hanyalah karena ketakwaan. Maka janganlah kalian saling berbangga dengan nasab kalian.

2.3  Islam dalam Membangun Persatuan dalam Keberagaman

14 abad yang lalu Islam telah memberikan petunjuk kepada kita seperti yang dapat kita baca dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13. Untuk mewujudkan kebersamaan dalam keragaman khususnya dalam kontek kehidupan berbangsa dan bernegara sekurang-kurangnya terdapat dua perspektif  besar petunjuk Al-Quran yang mesti kita amalkan dalam mewarnai  kehidupan bersama dalam keragaman  yaitu, mengamalkan prinsif as-syu’ub, yaitu menerima eksistensi dan perbedaan suku  bangsa lain sebagai anugerah rahmat dari Allah SWT dan yang kedua nahdhariyah al-nahdha, yaitu menerima eksistensi kemanusiaan. Bahwa manusia merupakan ciptaan Allah swt  yang memiliki kesamaan hak satu sama lain.
Dalam prinsip pertama Al-Quran menghendaki umat manusia menerima perbedaan sebagai eksistensi kehidupan. Perbedaan adalah ciptaan Allah swt, dan semua ciptaan Allah adalah anugerah terindah untuk manusia dan makhluk lainnya. Ini menunjukkan bahwa kehidupan ini menjadi indah dengan perbedaan dan menjadi nyaman dengan kebersamaan.Kemudian dalam prinsip kedua Al-Quran menghendaki bahwa  keberadaan manusia adalah sebagai bukti kekuasaan Allah swt. Manusia di ciptakan memiliki hak-hak asasi yang harus diakui oleh siapapun juga. Melanggar hak asasi atau mengingkari hak asasi manusia itu sama artinya dengan mengingkari penciptaan. Dengan demikian eksistensi penciptaan harus dipandang sebagai hukum yang tak boleh dilanggar apalagi di dzalimi.
Dari dua prinsip yang di ajarkan Al-Quran sangat jelas bagi kita bahwa keragaman (plural) merupakan sunnatullah dan anugerah Yang Maha Kuasa. Pluralisme masyarakat adalah salah satu ciri utama dari masyarakat multikultural  seperti Indonesia.  Dalam kajian para ahli sosiologi Indonesia disebut sebagai negara yang masyarakatnya pluralistik. Kata ini sering diartikan dengan masyarakat majemuk / plural society. Berdasarkan petunjuk Al-Quran  pluralisme  (keragaman) sangat penting artinya terutama dalam semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Keragaman merupakan potensi strategis untuk mewujudkan pembangunan dan sekaligus sebagai rahmad Allah swt. Keragaman merupakan kekuatan atau energi untuk membangun kebersamaan . 
Dengan adanya kebersamaan tercipta peluang atau kesempatan untuk  mengekspresikan diri, hidup berdampingan, dan bekerjasama antar berbagai kelompok masyarakat. Hal ini tentunya sejalan pula dengan petunjuk Al-Quran untuk ber-taawwun  (tolong menolong) saling bekerja sama dalam membangun kebaikan.

2.4  Upaya-Upaya Persatuan dalam Keberagaman

Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mempersatukan umat beragama, seperti: adanya kerjasama antar pemimpin dan rakyat, peduli kepada sesama tanpa melihat perbedaan, adanya rasa cinta tanah air dengan bangga menjadi warga negara Indonesia, adanya peran pemuda dalam mempersatukan umat beragama serta memiliki rasa semangat nasionalisme.
Beberapa hal juga dapat dilakukan dalam menciptakan kerukunan umat beragama, seperti: kita harus saling tenggang rasa, menghargai dan toleransi terhadap sesama, tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu, melaksanakan ibadah sesuai agama yang dianut dan mematuhi peraturan agama dalam agamanya, pemerintah, negara dan hukum yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis.
Kita juga harus membiasakan sikap-sikap yang dapat menunjang rasa persatuan, seperti: ta’aruf (saling kenal mengenal), tafahum (saling memahami dan mengetahui), ta’awun (saling membantu) dan takaful (saling memberikan jaminan/mencukupi).
Adapun berbagai hikmah yang kita dapat apabila mempelajari persatuan dan kesatuan adalah hidup menjadi damai dan sejahtera, menambahkan rasa hormat dan menghargai antar sesama, tumbuh rasa aman pada diri setiap manusia, mendorong kemajuan masyarakat dan persatuan dan kesatuan bangsa akan semakin kuat.










BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Persatuan dalam keberagaman ialah berbagai upaya yang dilakukan untuk menyatukan golongan atau masyarakat dimana terdapat perbedaan di dalamnya. Di dalam Al-Quran yang membahas tentang keberagaman adalah QS. Al-Hujurat: 13, yang memiliki makna Allah menciptakan umatnya  yang berbangsa-bangsa dan bersuku-suku melalui proses berketurunan, agar sebagian dari kalian mengenal sebagian yang lain.
Dari dua prinsip yang di ajarkan Al-Quran sangat jelas bagi kita bahwa keragaman (plural) merupakan sunnatullah dan anugerah Yang Maha Kuasa. Pluralisme masyarakat adalah salah satu ciri utama dari masyarakat multikultural  seperti Indonesia.   Kata ini sering diartikan dengan masyarakat majemuk / plural society. Berdasarkan petunjuk Al-Quran  pluralisme  (keragaman) sangat penting artinya terutama dalam semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Keragaman merupakan potensi strategis untuk mewujudkan pembangunan dan sekaligus sebagai rahmad Allah swt. Keragaman merupakan kekuatan atau energi untuk membangun kebersamaan. Kita sebagai umat muslim kita harus membiasakan sikap-sikap yang dapat menunjang rasa persatuan, seperti: ta’aruf (saling kenal mengenal), tafahum (saling memahami dan mengetahui), ta’awun (saling membantu) dan takaful (saling memberikan jaminan/mencukupi).

3.2  Saran

Kita sebagai umat muslim yang berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia  harus memiliki sifat persatuan dan kesatuan yang saling memahami keragaman yang melandaskan agama islam.






DAFTAR PUSTAKA



















MAKALAH AGAMA ISLAM
“ISLAM MEMBANGUN PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAN”


DOSEN PENGAMPU:
Dr. Amaliyah, M.Pd
DISUSUN OLEH:
Rika Amelia                             ( 1102619011 )
Zahra Gustika Putri                   ( 1102619018 )
Prasasti Reihani Aulia Putri       ( 1102619101 )
Sahna Mala Denara                  ( 1102619106 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019

KATA PENGANTAR


Dengan mengucap syukur alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya kami semua dapat menyelesaikan laporan makalah agama islam yang membahas tentang Islam dalam keberagaman. Walau dalam pembuatannya masih banyak kekurangan, namun pada akhirnya semua dapat teratasi.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang berbagai hal yang membahas tentang Islam dalam keberagaman.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Amaliyah, selaku dosen pengampu mata kuliah Agama Islam yang telah memberikan tugas ini. Tak lupa kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa dengan keterbatasan ilmu dan kemampuan, makalah agama Islam ini masih jauh dari kata sempurna, maka  dari itu kami menerima segala kritik dan saran dari para pembaca.


Jakarta, 13 Januari 2020



Penulis





DAFTAR ISI


Halaman
Kata Pengantar…………………………………………………………………1
Bab I……………………………………………………………………………
1.1  Latar Belakang ………………………………………………………...4
1.2  Rumusan Masalah……………………………………………………...5
1.3  Tujuan………………………………………………………………….5
Bab II…………………………………………………………………………..
2.1  Pengertian Persatuan dan Kesatuan Keberagaman…………………….6
2.2  Dalil-Dalil Tentang Persatuan dan Keberagaman……………………...6
2.3  Islam Dalam membangun Persatuan dan keberagaman………………..8
2.4  Upaua-Upaya Persatuan dalam Keberagaman…………………………9
Bab III………………………………………………………………………….
3.1  Kesimpulan…………………………………………………………….10
3.2  Saran…………………………………………………………………...10
Daftar Pustaka ………………………………………………………..........11














BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial. Apa yang dimaksud makhluk sosial? Makhluk Sosial adalah makhluk yang hidup tidak selalu bergantung kepada diri sendiri, tetapi ia selalu bergantung kepada orang lain jika ia membutuhkannya. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang diciptakan untuk hidup bersosialisasi dengan yang lain. Maka dari itu, karena adanya sosialisasi dalam hidup bermasyarakat maka muncullah keberagaman.
Apa itu keberagaman? Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang terutama suku, bangsa, ras, agama, ideologi, dan budaya (masyarakat yang majemuk).  Islam sebagai suatu agama juga mempunyai upaya-upaya untuk mempersatukan golongan atau masyarakat yang mempunyai banyak perbedaan.
Perbedaan dalam keberagaman sudah ada sejak zaman dahulu kala. Pada jaman Nabi Muhammad SAW contohnya, persaudaraan orang-orang disekitar nabi diikat oleh kesamaan iman (QS Al-Hujurat/49:10) menyatakan, “Innamal mu’minuna ikhwatun” artinya ‘sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara’. Persaudaraan kaum Muhajirin dengan kaum Ansar sangat baik. Mereka saling tolong menolong dalam berbagai hal. Ketika kaum Muhajirin datang ke Madinnah, kaum Ansar memberikan fasilitas untuk kaun Muhajirin. Hal tersebut merupakan model keberagaman yang sangat indah.
Lalu, pada zaman Nabi Muhammad SAW muncul juga piagam madinah. Apa itu piagam madinah? Piagam madinah adalah  sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di Yasthrib (kemudian bernama Madinah) pada tahun 622. Dokumen tersebut disusun sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan pertentangan sengit antara Bani 'Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu dokumen tersebut menetapkan sejumlah hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas piagam Madinah; sehingga membuat mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab disebut ummah.
Lalu bagaimana Islam membangun persatuan dalam keberagaman pada zaman sekarang? Upaya-upaya apa saja yang dilakukan masyarakat bahkan pemerintah untuk menyatukan segala hal dalam keberagaman?

1.2  Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini ialah:
·         Pengertian persatuan dan keberagaman.
·         Apa saja dalil-dalil terkait tentang persatuan dalam keberagaman?
·         Bagaimana Islam membangun persatuan dalam keberagaman?
·         Apa saja upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat untuk menciptakan persatuan dalam keberagaman?

1.3  Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah:
·         Mengetahui pengertian dari persatuan dan keberagaman.
·         Mengetahui dalil-dalil dalam Islam yang mengatur tentang persatuan dalam keberagaman.
·         Mengetahui bagaimana Islama dalam membangun persatuan dalam keberagaman.
·         Mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat dalam menciptakan persatuan dalam keberagaman.



BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Persatuan dan Keberagaman

Persatuan adalah perserikatan, ikatan atau gabungan beberapa bagian yang sudah bersatu. Persatuan dan kesatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh dan tidak terpecah belah. Persatuan mengandung makna terikatnya beberapa bagian menjadi satu kesatuan, sedangkan kesatuan berarti keadaan yang merupakan satu keutuhan.
Sedangkan keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan dalam berbagai bidang terutama suku bangsa, ras, agama, idelogi, budaya “masyarakat yang manjemuk”. Keragaman dalam masyarakat adalah sebuah keadaan yang menunjukkan perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat.
Jadi, persatuan dalam keberagaman ialah berbagai upaya yang dilakukan untuk menyatukan golongan atau masyarakat dimana terdapat perbedaan di dalamnya.

2.2  Dalil-Dalil tentang Persatuan dan Keberagaman

Di dalam Al-Quran yang membahas tentang keberagaman adalah QS. Al-Hujurat: 13.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Arab-Latin: Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ, inna akramakum 'indallāhi atqākum, innallāha 'alīmun khabīr.
 Terjemah Arti: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Terjemahan Makna Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari satu bapak, yaitu Adam dan satu ibu yaitu Hawwa. Maka janganlah merasa lebih utama di antara sebagian kalian atas sebagian yang lain dari sisi nasab. Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku melalui proses berketurunan, agar sebagian dari kalian mengenal sebagian yang lain. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa dan Maha teliti terhadap mereka.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 13. Wahai manusia! Sesungguhnya Aku menciptakan kalian dari satu laki-laki, yaitu bapak kalian Adam, dan satu wanita, yaitu ibu kalian Hawa, jadi nasab kalian itu satu, maka janganlah sebagian dari kalian menghina nasab sebagian yang lain. Dan kemudian Kami menjadikan kalian suku-suku yang banyak dan bangsa-bangsa yang menyebar agar sebagian dari kalian mengenal sebagian yang lain, bukan untuk saling merasa lebih tinggi, karena kedudukan yang tinggi itu hanya didapat dengan ketakwaan. Sesungguhnya orang yang paling mulia dari kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala kondisi kalian, Maha Mengenal kelebihan dan kekurangan kalian, tidak ada sesuatu pun dari hal itu yang luput dari-Nya.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram 13. يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ (Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan) Keduanya adalah Adam dan Hawa, yang menjadi penyatu bapak dan ibu; sehingga tidak ada alasan untuk membanggakan nasab dan garis keturunan, sebab semua orang sama. وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ(dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku) Makna (الشعب) yakni sekumpulan besar manusia yang terdiri dari beberapa kabilah, seperti bangsa Mudhar dan Rabi’ah. Sedangkan (القبيلة) lebih kecil dari itu seperti kabilah Bani Bakar dari bansa Mudhar, dan Bani Tamim dari bansa Rabi’ah. Pendapat lain mengatakan makna (الشعب) yakni suku orang-orang selain Arab. Sedangkan (القبيلة) adalah suku orang-orang Arab. لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ( supaya kamu saling kenal-mengenal) Yakni hanya untuk saling mengenal bahwa ia dari kabilah ini. Bukan untuk saling membanggakan garis keturunan. إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ( Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu) Yakni perbedaan diantara kalian hanyalah karena ketakwaan. Maka janganlah kalian saling berbangga dengan nasab kalian.

2.3  Islam dalam Membangun Persatuan dalam Keberagaman

14 abad yang lalu Islam telah memberikan petunjuk kepada kita seperti yang dapat kita baca dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13. Untuk mewujudkan kebersamaan dalam keragaman khususnya dalam kontek kehidupan berbangsa dan bernegara sekurang-kurangnya terdapat dua perspektif  besar petunjuk Al-Quran yang mesti kita amalkan dalam mewarnai  kehidupan bersama dalam keragaman  yaitu, mengamalkan prinsif as-syu’ub, yaitu menerima eksistensi dan perbedaan suku  bangsa lain sebagai anugerah rahmat dari Allah SWT dan yang kedua nahdhariyah al-nahdha, yaitu menerima eksistensi kemanusiaan. Bahwa manusia merupakan ciptaan Allah swt  yang memiliki kesamaan hak satu sama lain.
Dalam prinsip pertama Al-Quran menghendaki umat manusia menerima perbedaan sebagai eksistensi kehidupan. Perbedaan adalah ciptaan Allah swt, dan semua ciptaan Allah adalah anugerah terindah untuk manusia dan makhluk lainnya. Ini menunjukkan bahwa kehidupan ini menjadi indah dengan perbedaan dan menjadi nyaman dengan kebersamaan.Kemudian dalam prinsip kedua Al-Quran menghendaki bahwa  keberadaan manusia adalah sebagai bukti kekuasaan Allah swt. Manusia di ciptakan memiliki hak-hak asasi yang harus diakui oleh siapapun juga. Melanggar hak asasi atau mengingkari hak asasi manusia itu sama artinya dengan mengingkari penciptaan. Dengan demikian eksistensi penciptaan harus dipandang sebagai hukum yang tak boleh dilanggar apalagi di dzalimi.
Dari dua prinsip yang di ajarkan Al-Quran sangat jelas bagi kita bahwa keragaman (plural) merupakan sunnatullah dan anugerah Yang Maha Kuasa. Pluralisme masyarakat adalah salah satu ciri utama dari masyarakat multikultural  seperti Indonesia.  Dalam kajian para ahli sosiologi Indonesia disebut sebagai negara yang masyarakatnya pluralistik. Kata ini sering diartikan dengan masyarakat majemuk / plural society. Berdasarkan petunjuk Al-Quran  pluralisme  (keragaman) sangat penting artinya terutama dalam semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Keragaman merupakan potensi strategis untuk mewujudkan pembangunan dan sekaligus sebagai rahmad Allah swt. Keragaman merupakan kekuatan atau energi untuk membangun kebersamaan . 
Dengan adanya kebersamaan tercipta peluang atau kesempatan untuk  mengekspresikan diri, hidup berdampingan, dan bekerjasama antar berbagai kelompok masyarakat. Hal ini tentunya sejalan pula dengan petunjuk Al-Quran untuk ber-taawwun  (tolong menolong) saling bekerja sama dalam membangun kebaikan.

2.4  Upaya-Upaya Persatuan dalam Keberagaman

Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mempersatukan umat beragama, seperti: adanya kerjasama antar pemimpin dan rakyat, peduli kepada sesama tanpa melihat perbedaan, adanya rasa cinta tanah air dengan bangga menjadi warga negara Indonesia, adanya peran pemuda dalam mempersatukan umat beragama serta memiliki rasa semangat nasionalisme.
Beberapa hal juga dapat dilakukan dalam menciptakan kerukunan umat beragama, seperti: kita harus saling tenggang rasa, menghargai dan toleransi terhadap sesama, tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu, melaksanakan ibadah sesuai agama yang dianut dan mematuhi peraturan agama dalam agamanya, pemerintah, negara dan hukum yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis.
Kita juga harus membiasakan sikap-sikap yang dapat menunjang rasa persatuan, seperti: ta’aruf (saling kenal mengenal), tafahum (saling memahami dan mengetahui), ta’awun (saling membantu) dan takaful (saling memberikan jaminan/mencukupi).
Adapun berbagai hikmah yang kita dapat apabila mempelajari persatuan dan kesatuan adalah hidup menjadi damai dan sejahtera, menambahkan rasa hormat dan menghargai antar sesama, tumbuh rasa aman pada diri setiap manusia, mendorong kemajuan masyarakat dan persatuan dan kesatuan bangsa akan semakin kuat.










BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Persatuan dalam keberagaman ialah berbagai upaya yang dilakukan untuk menyatukan golongan atau masyarakat dimana terdapat perbedaan di dalamnya. Di dalam Al-Quran yang membahas tentang keberagaman adalah QS. Al-Hujurat: 13, yang memiliki makna Allah menciptakan umatnya  yang berbangsa-bangsa dan bersuku-suku melalui proses berketurunan, agar sebagian dari kalian mengenal sebagian yang lain.
Dari dua prinsip yang di ajarkan Al-Quran sangat jelas bagi kita bahwa keragaman (plural) merupakan sunnatullah dan anugerah Yang Maha Kuasa. Pluralisme masyarakat adalah salah satu ciri utama dari masyarakat multikultural  seperti Indonesia.   Kata ini sering diartikan dengan masyarakat majemuk / plural society. Berdasarkan petunjuk Al-Quran  pluralisme  (keragaman) sangat penting artinya terutama dalam semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Keragaman merupakan potensi strategis untuk mewujudkan pembangunan dan sekaligus sebagai rahmad Allah swt. Keragaman merupakan kekuatan atau energi untuk membangun kebersamaan. Kita sebagai umat muslim kita harus membiasakan sikap-sikap yang dapat menunjang rasa persatuan, seperti: ta’aruf (saling kenal mengenal), tafahum (saling memahami dan mengetahui), ta’awun (saling membantu) dan takaful (saling memberikan jaminan/mencukupi).

3.2  Saran

Kita sebagai umat muslim yang berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia  harus memiliki sifat persatuan dan kesatuan yang saling memahami keragaman yang melandaskan agama islam.






DAFTAR PUSTAKA




















Mithoni, Adat Budaya Jawa yang Sudah Mendarah Daging

LAPORAN HASIL OBSERVASI AGAMA “Mithoni, Adat Budaya Jawa yang Sudah Mendarah Daging” Disusun oleh : Prasasti Reihani Aulia Put...