Sunday, January 12, 2020


MAKALAH
BAGAIMANA ISLAM MENGHADAPI MODERNISASI 4.0



Disusun Oleh:
Putriana Febrianti Suryanto                1102619082/Pendidikan Khusus
Riva Chairunnisa                                 1102619050/Pendidikan Khusus
Tiara Nuraeni Sudrajat                        1102619008/Pendidikan Khusus
Yunidar Budi Larasati                        1102619100/Pendidikan Khusus


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan atas pembuatan makalah ini, hingga akhirnya terselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Selain itu kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada keluarga, teman-teman mahasiswa, dan dosen pengampu yang telah mendukung kami dalam pembuatan makalah  ini.


Jakarta, Januari 2020

Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. ii
DAFTAR ISI. iii
BAB I PENDAHULUAN.. 1
A.       Latar Belakang. 1
B.       Rumusan Masalah. 1
C.       Tujuan. 2
D.       Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN.. 3
A.       Pengertian Modernisasi 3
B.       Konsep Islam Tentang Modernisasi 3
C.       Tantangan yang Dihadapi Islam di Era Modernisasi 4
D.       Hal yang Harus Dilakukan Islam di Era Modernisasi 5
BAB III PENUTUP. 6
A.       Kesimpulan. 6
B.       Saran. 6
DAFTAR PUSTAKA.. 7


PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Persoalan modernisasi dan islam sudah banyak dibicarakan masyarakat luas, dimana modernisasi seringkali dikait-kaitkan dengan islam. Beberapa orang berpikir bahwa islam terlalu normatif sehingga menghambat proses kemajuan modernisasi, namun beberapa orang menganggap bahwa modernisasi perlu berjalan beriringan dengan islam. 
Di satu pihak Islam sebagai agama memiliki nilai-nilai dasar yang merupakan way of life yang berasal dari al Qur’an dan Sunnah Rasul. Nilai-nilai yang harus dipatuhi oleh para penganut agama tersebut sudah berusia seribu empat ratus tahun lebih. Sedangkan modernisasi sendiri dianggap sebagai hasil pemikiran negara-negara Barat yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Padahal modernisasi sebagai hasil rasionalisasi manusia mencakup berbagai pluralitas agama, budaya dan interaksi manusia lintas budaya di era kesejagatan.
Gambaran bahwa manusia merupakan makhluk yang sebaik-baiknya, sempurna, dapat terlihat dari wawasan kognitif, afektif, dan wawasan psikomotornya. Ketiga wawasan ini akan terpancar dalam diri manusia terutama dalam tingkah laku perbuatannya. Namun demikian terkadang manusia lupa akan keseimbangan di antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani sehingga tergelincir dari jalan yang lurus.
B.     Rumusan Masalah
Adapun makalah ini dibuat dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1.       Apa yang dimaksud dengan modernisasi?
2.       Bagaimana konsep islam tentang modernisasi?
3.       Apa tantangan yang dihadapi islam di era modernisasi?
4.       Apa yang harus dilakukan islam di era modernisasi?
C.     Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari makalah ini dibuat yaitu:
1.       Mengerti maksud dari modernisasi.
2.       Mengetahui konsep islam tentang modernisasi.
3.       Mengetahui tantangan yang dihadapi islam di era modernisasi.
4.       Mengetahui hal apa yang harus dilakukan islam di era modernisasi.
D.     Manfaat
Agar penulis serta pembaca dapat mengerti serta memahami bagaimana islam menghadapi era modernisasi 4.0 sehingga isi dari makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Modernisasi
Istilah modern secara bahasa berarti baru, kekinian, akhir, up-todate atau semacamnya. Bisa dikatakan sebagai kebalikan dari lama, kolot atau semacamnya. Esensi modernisasi, menurut sebagian ahli, adalah sejenis tatanan sosial modern atau yang sedang berada dalam proses menjadi modern. Bagi ahli lain, esensi modernisasi ditemukan dalam kepribadian individual. Istilah modern juga bisa berkaitan dengan karakteristik.
Kata modern diwakili dengan makna “terbaru” atau “mutakhir”, atau “sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman”. Jika kata modern disebut dengan modernisme, maka kata ini berarti gerakan yang bertujuan menafsirkan kembali doktrin tradisional, menyesuaikannya dengan aliran-aliran modern seperti filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan.
Menurut Nasution (dalam Makhmudah, 2015) Masyarakat Islam Modern berarti corak pemikiran dalam Islam yang berlaku sesuai dengan tuntutan zaman. Kata „modern‟ erat kaitannya dengan „modernisasi‟ yang berarti pembaharuan atau tajdid dalam bahasa Arab. Modernisasi dalam masyarakat barat adalah pikiran, aliran, gerakan, atau usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
B.     Konsep Islam Tentang Modernisasi
1.       Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Dalam pandangan islam, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)  sangat urgen bagi kehidupan uamat manusia. Tanpa menguasai IPTEK manusia akan tetap dalam lumpur kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan. Penguasaan manusia terhadap IPTEK dapat mengubah eksistensi manusia dari yang semula manusia sebagai abdullah menjadi khalifatullah. Oleh karena itu islam menetapkan bahwa hukum mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi adalah wajib. Tanpa menguasai iptek umat manusia akan mengalami banyak hambatan dan kesuliatan   dalam   menjalani   kehidupan   di  jagat   ini.
2.       Tentang Ekonomi
Dalam islam, ekonomi ialah berkorban secara tidak kikir dan tidak boros dalam rangka mendapatkan keuntungan yang layak. Dengan demikian, pengorbanan tidak boleh sekecil- kecilnya ataupun tertentu saja, melainkan pengorbanan yang tepat harus sesuai dengan dengan keperluan yang sesungguhnya sehingga mutu produksi dapat terjamin.
Prinsip ekonomi konvensional berbeda dengan prinsip ekonomi islam. Ekonomi konvensional berprinsip berkorban sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya”. Prinsip ekonomi tersebut dipergunakan oleh pedagang dan pengusaha semata-mata untuk mencari keuntungan. Dengan modal seadanya pedagang dan pengusaha berusaha memenuhi kebutuhan yang sebesar-besarnya atau dengan alat sekecil-kecilnya. Pedagang dan pengusaha berusaha memenuhi kebutuhan secra maksimal.
3.       Tentang Politik
Politik islam terkonsep dalam Piagam Madinah. Dalam pandangan islam politik dibagi menjadi 3, yaitu
a.       Siyāsah dusturiyah (hukum tata negara). Materi yang dikaji tentang cara dan metode suksesi kepemimpinan, kriteria seorang pemimpin, hukum mewujudkan kepemimpinan politik, pembagian kekuasaan (eksekutif, legislatif dan yudikatif), institusi pertahanan keamanan, institusi penegakan hukum (kepolisian) dan lain-lainnya.
b.       Siyāsah dauliyyah (hukum politik yang mengatur hubungan internasional). Objek kajiannya adalah hubungan antar-negara Islam dengan sesama negara Islam, hubungan negara Islam dengan negara non-muslim, hubungan bilateral dan multilateral, hukum perang dan damai, genjatan senjata, hukum kejahatan perang dan lain-lain.
c.        Siyāsah māliyah (hukum politik yang mengatur keuangan negara). Kontens yang dibahas adalah sumber-sumber keuangan negara, distribusi keuangan negara, perencanaan anggaran negara dan penggunaannya, pengawasan dan pertanggungjawaban penggunaan keuangan negara dan pilantropi Islam.
4.       Tentang Pendidikan
Pendidikan dalam islam bertujuan untuk memanusiakan manusia, yang berarti pendidikan menjadikan manusia sadar akan eksistensi sebagai manusia hamba Allah yang bertugas sebagai Abdullah dan Khalifatullah. Sebagaimana dalam Al-Qur’an surah Az-Zariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
C.     Tantangan yang Dihadapi Islam di Era Modernisasi
Kemajuan IPTEK telah mengubah pola pikir, pergaulan, dan kehidupan secara masif. Industri dalam memproduksi barang dan jasa yang diperlukan, tetapi membawa dampak kepada wujudnya stratifikasi sosial yang tidak seimbang, yaitu kapitalis sehingga menyebabkan adagium masyarakat. Kemajuan dalam bidang komunikasi dan teknologi telah mengubah pola pikir masyarakat dalam segala aspeknya termasuk keberagamannya.

D.     Hal yang Harus Dilakukan Islam di Era Modernisasi
Menurut Kuntowijoyo (dalam Cahyani dkk, 2017) ada lima program reinterpretasi untuk memerankan kembali misi rasional dan empiris Islam yang bisa dilaksanakan saat ini dalam rangka menghadapi modernisasi.
1.       Program pertama adalah perlunya dikembangkan penafsiran sosial struktural lebih daripada penafsiran individual ketika memahami ketentuan-ketentuan tertentu di dalam Al-Quran.
2.       Program kedua adalah mengubah cara berpikir subjektif ke cara berpikir objektif. Tujuan dilakukannya reorientasi berpikir secara objektif ini adalah untuk menyuguhkan Islam pada cita-cita objektif. Kuntowijoyo memberikan contoh ketentuan zakat. Secara subjektif, tujuan zakat memang diarahkan untuk pembersihan jiwa kita. Akan tetapi, sisi objektif tujuan zakat adalah tercapainya kesejahteraan sosial.
3.       Program ketiga adalah mengubah Islam yang normatif menjadi teoretis. Selama ini, kita cenderung lebih menafsirkan ayat-ayat Al-Quran pada level normatif dan kurang memperhatikan adanya kemungkinan untuk mengembangkan norma-norma itu menjadi kerangka teori ilmu. Secara normatif, kita mungkin hanya dapat mengembangkan tafsiran moral ketika memahami konsep tentang fuqarā` dan masākīn. Kaum fakir dan miskin paling-paling hanya akan kita lihat sebagai orang-orang yang perlu dikasihani sehingga kita wajib memberikan sedekah, infaq, atau zakat kepada mereka. Dengan pendekatan teoretis, kita mungkin akan dapat lebih memahami konsep tentang kaum fakir dan miskin pada koteksyang lebih riil dan lebih faktual sesuai dengan kondisi-kondisi sosial, ekonomi, dan kultural. Dengan cara itu, kita dapat mengembangkan konsep yang lebih tepat tentang fuqarā` dan masākīn itu pada kelas sosial dan sebagainya. Dengan demikian, kalau kita berhasil memformulasikan Islam secara teoretis, banyak disiplin ilmu yang secara orisinal dapat dikembangkan menurut konsep-konsep Al-Quran.
4.       Program keempat adalah mengubah pemahaman yang ahistoris menjadi historis. Selama ini pemahaman kita mengenai kisah-kisah yang ditulis dalam Al-Quran cenderung sangat bersifat ahistoris, padahal maksud Al-Quran menceritakan kisah-kisah itu adalah justru agar kita berpikir historis.
5.       Program kelima adalah merumuskan formulasi-formulasi wahyu yang bersifat umum menjadi formulasi-formulasi yang spesifik dan empiris. 



BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Modernisasi bukanlah suatu hal yang dapat dihindari karna sejatinya manusia adalah makhluk yang bersifat dinamis, yaitu berubah-ubah dan tidak mengenal rasa puas. Islam sendiri tidak melarang ummatnya untuk mengikuti perkembangan zaman yang ada dan tertinggal di keterbelakangan. Hanya saja, kita sebagai muslim yang mempunyai Al-Qur’an sebagai landasan dan kunci utama kehidupan harus lebih pandai dalam menyaring sesuatu agar nantinya tidak terjadi kekeliruan yang menyebabkan dosa.
B.     Saran
Sebagai mahasiswa, sebaiknya kita menummbuhkan sifat objektif, selektif, dan meningkatkan keingintahuan terhadap hal baru. Karena pada dasarnya, hanya ilmulah yang dapat membawa kita pada kejayaan.


DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, I, Ainurfitri, Z & Handayani, S 2017, Bagaimana Islam Menghadapi Tantangan Modernisasi. Kalimantan: Universitas Borneo Tarakan.
Farida Tambunan, S 2003, ‘Antara Islam dan Barat: Pandangan Mohammed Arkoun Mengenai Modernan’. Peneliti Puslit Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB) LIPI.
Makhmudah, S 2015, ‘Dinamika dan Tantangan Masyarakat Islam di Era Modernisasi (Pemikiran dan Kontribusi Menuju Masyarkat Madani)’. Nganjuk: STAI Miftahul ‘Ula Kertosono.

No comments:

Post a Comment

Mithoni, Adat Budaya Jawa yang Sudah Mendarah Daging

LAPORAN HASIL OBSERVASI AGAMA “Mithoni, Adat Budaya Jawa yang Sudah Mendarah Daging” Disusun oleh : Prasasti Reihani Aulia Put...