MANUSIA BERTUHAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen
Pengampu : Dr. Amaliyah, M.Pd

Disusun
Oleh :
Syndi Wulandari Rahayu - 1102619049
Nadhira Miftahul Jannah - 1102619062
Andini salsabila - 1102619114
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur saya
panjatkan kehadirat Allah SWT. Dengan segala ridha, taufik, dan hidayahnya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad
SAW, beserta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Pada pembuatan makalah
kami dengan judul Manusia Bertuhan
yang telah kami selesaikan pada 12 Januari 2020. Kami mengakui bahwa penyusunan
makalah ini bukanlah semata-mata kemampuan kami sendiri, tetapi banyak pihak
yang telah membantu dan membimbing kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Budi Santoso, M.Pd,.
selaku dosen pengampu mata kuliah pendidikan agama islam, serta pihak-pihak
yang telah mendukung kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangatlah kami butuhkan guna menjadi perbaikan di
waktu mendatang.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Jakarta,
12 Januari 2020
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang 1
B.
Rumusan
Masalah 1
C.
Maksud
dan Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Konsep
Spiritualitas 2
B.
Alasan
Mengapa Manusia Memerlukan Spiritualitas 2
C.
Menggali
Tentang Konsep Bertuhan 3
D.
Membangun
Argumen Tentang Cara Manusia Meyakini dan
Mengimani
Tuhan 4
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan 6
B.
Saran 6
DAFTAR PUSTAKA 7
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Salah
satu hal yang akan selalu ada dalam diri manusia adalah kecenderungan manusia
untuk mencari tuhan, menyembah-Nya dan beribadah kepada-Nya. Agama dan manusia
memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya, karena agama sangat
dibutuhkan oleh manusia agar manusia memiliki pegangan hidup dan pedoman hidup
untuk berkehidupan, yang dalam hal ini
adalah Islam yang mana Al-Quran sebagai pedoman hidup dan Hadist sebagai
pelengkap Al-Quran. Dengan ilmu agama kehidupan manusia akan lebih jelas dan
bermanfaat, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan
agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.
Dalam
menjalani kehidupan sehari hari, manusia membutuhkan spiritualitas untuk
menjaga integritas diri di tengah realita dunia yang fana dan tidak menentu.
Bagaimana manusia beribadah akan berkorelasi dengan bagaimana manusia bertuhan.
B.
RUMUSAN MASALAH
Permasalahan
yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah bagaimana manusia
bertuhan, dan untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya
pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :
1.
Konsep
Spititualitas
2.
Alasan
Mengapa Manusia Memerlukan Spiritualitas
3.
Menggali
Konsep Bertuhan dari Berbagai Perspektif
4.
Membangun
Argumen Tentang Cara Manusia Meyakini dan Mengimani Tuhan
C.
MAKSUD DAN TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini
adalah :
1.
Untuk
memenuhi tugas kelompok kami dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2.
Untuk
membahas tentang konsep, alasan dan cara bagaimana manusia bertuhan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP SPIRITUALITAS
Spiritualisasi
adalah penjiwaan, spiritual memberi arah dan arti pada kehidupan. Spiritualitas
adalah suatu keadaan yang menghubungkan kita dengan Tuhan.

“Kemudian
Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalamnya roh (ciptaan) –Nya dan dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan (perasaan) hati ; (tetapi)
kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS As-Sajdah ayat 9)
Setiap
manusia yang lembut hatinya pasti akan merasakan Allah SWT ialah Tuhannya,
kecuali ia yang hatinya telah tertutup. Dan sudah menjadi fitrahnya manusia
untuk memiliki rasa ketuhanan.
Allah
SWT ada di dalam hati kita, jika kita ingin merasakannya maka terlebih dahulu
kita harus mensucikan hati kita. Dari proses kita mensucikan hati kita, roh
akan semakin menguat (dalam istilah agama disebut dengan hawa an-nafs). Setelah hati kita suci, jiwa kita akan
menerima pancaran rahmat dari Allah SWT, sehingga menghasilkan energy positif
yang kemudian mempengaruhi penilaian dan sikapnya.
B.
ALASAN MENGAPA MANUSIA MEMERLUKAN
SPIRITUALITAS
1.
Karena
manusia dibebaskan untuk memilih
2.
Untuk
menjaga integritas diri kita
3.
Untuk
mengembangkan hati nurani yang takut kenapa tuhan
4.
Untuk
mengendalikan ego pada diri manusia
5.
Menyadarkan
bahwa kita hidup adalah anugrah dari tuhan
6.
Melatih
kepekaan diri kita dalam menggali makna kenyataan hidup
C.
MENGGALI TENTANG KONSEP BERTUHAN
l Bedasarkan Prespektif Psikologi
Manusia dapat merasakan yang gaib karena di dalam dirinya ada unsur spirit, spirit sering digambarkan dengan jiwa halus yang ditiupkan oleh tuhan ke dalam diri manusia. Al Qusyairi dalam tafsyirnya latha if al-isyirat menunjukan bahwa roh memang lathifah (jiwa halus) yang ditempatkan tuhan dalam diri manusia sebagai potensi untuk membentuk karakter yang terpuji.
Manusia dapat merasakan yang gaib karena di dalam dirinya ada unsur spirit, spirit sering digambarkan dengan jiwa halus yang ditiupkan oleh tuhan ke dalam diri manusia. Al Qusyairi dalam tafsyirnya latha if al-isyirat menunjukan bahwa roh memang lathifah (jiwa halus) yang ditempatkan tuhan dalam diri manusia sebagai potensi untuk membentuk karakter yang terpuji.
Roh
merupakan semacam sim card ketuhanan yang dengannya manusia mampu
berhubungan dengan Tuhan sebgaai kebenaran sejati (al-haqiqah). karena adanya
roh, manusia mempunya bakat bertuhan, artinya roh-lah yang membuat manusia
mengenal Tuhan sebagai potensi bawaan lahir. Dengan adanya roh, manusia mampu
merasakan dan meyakini keberadaan Tuhan dan kehadiran-Nya dalam setiap fenomena
di alam semesta ini.
l Berdasarkan Perspektif Sosiologi
Sosiologi agama tidak mempelajari ajaran-ajaran moral, doktrin, wahyu dari agama-agama itu, tetapi hanya mempelajari fenomena-fenomena yang muncul dari masyarakat yang beragama tersebut. jika dipandang dari sosiologi, agama tidak dilihat berdasarkan wahyu yang datang dari atas, tetapi dilihat atas dasar pengalaman konkrit pada masa kini maupun pada masa lampau. Jadi apa itu agama didasarkan pada pengalaman manusia.
Sosiologi agama tidak mempelajari ajaran-ajaran moral, doktrin, wahyu dari agama-agama itu, tetapi hanya mempelajari fenomena-fenomena yang muncul dari masyarakat yang beragama tersebut. jika dipandang dari sosiologi, agama tidak dilihat berdasarkan wahyu yang datang dari atas, tetapi dilihat atas dasar pengalaman konkrit pada masa kini maupun pada masa lampau. Jadi apa itu agama didasarkan pada pengalaman manusia.
Tuhan dalam perspektif sosiologisdigambarkan sebagai sumber
kebenaran dan kebajikan uniiversal yang diyakini dan dipahami oleh umat
manusia. Sebagai sumber kebenaran dan kebajikan, Tuhan memberkan spirit kepada
umat manusia untuk membingkai kehidupannya dengan etika Tuhan tersebut. Manusia
deikatakan sebagai manusia sebenranya apabila ia menjadi manusia yang etis,
yakni manusia yang secara utuh mampu memenuhi hajat hidup dalam rangka mengasah
keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan sosial, antara jasmani
dan rohani, antara makhluk berdiri sendiri dan penciptanya.
l
Berdasarkan
Prespektif Filosofis
Menurut Mulyadi Kartanegara, paling tidak terdapat tiga argumen filsafat untuk menjelaskan tentang cara manusia bertuhan, yaitu :
~ al-huduts, dalil al-imkan, dalil al-inayah.
Dalam argumen al-huduts, Al-Kindi dengan gigih membangun basis filosofis tentang kebaruan alam untuk menegaskan adanya Tuhan sebagi pencipta. Argumen tentang Tuhan yang dikemukakan oleh Al-Kindi dibangun atas empat premis. Alam semesta bersifat terbatas dan dicipta dalam waktu. Pencipta harus bersifat esa, yang darinya memancar semua maujud yang tersusun dan beragam. Sesuatu ada karena adanya sebab-sebab lain. Wujud Tuhan dapat diamati dari keberadaan alam semesta sebagai makrokosmos.
Argumen kedua yang terkait dengan Tuhan adalah argumen kemungkinan (dalil al-imkan). Ibnu Sina sebagai tokoh argumen ini menjelaskan bahwa wujud (eksistensi) itu ada, bahwasetiap wujud yang ada bisa bersifat niscaya atau potensial (mumkin).Wujud niscaya adalah wujud yang esensi dan eksistensinya sama (mumkin).
Argumen ketiga tentang Tuhan adalah argumen Teologis (dalil al-inayah). Argumen ini didasari oleh pengamatan atas keteraturan dan keterpaduan alam semesta.berdasarkan pengamatan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa alam ini pasti karya seorang perancang hebat.
Menurut Mulyadi Kartanegara, paling tidak terdapat tiga argumen filsafat untuk menjelaskan tentang cara manusia bertuhan, yaitu :
~ al-huduts, dalil al-imkan, dalil al-inayah.
Dalam argumen al-huduts, Al-Kindi dengan gigih membangun basis filosofis tentang kebaruan alam untuk menegaskan adanya Tuhan sebagi pencipta. Argumen tentang Tuhan yang dikemukakan oleh Al-Kindi dibangun atas empat premis. Alam semesta bersifat terbatas dan dicipta dalam waktu. Pencipta harus bersifat esa, yang darinya memancar semua maujud yang tersusun dan beragam. Sesuatu ada karena adanya sebab-sebab lain. Wujud Tuhan dapat diamati dari keberadaan alam semesta sebagai makrokosmos.
Argumen kedua yang terkait dengan Tuhan adalah argumen kemungkinan (dalil al-imkan). Ibnu Sina sebagai tokoh argumen ini menjelaskan bahwa wujud (eksistensi) itu ada, bahwasetiap wujud yang ada bisa bersifat niscaya atau potensial (mumkin).Wujud niscaya adalah wujud yang esensi dan eksistensinya sama (mumkin).
Argumen ketiga tentang Tuhan adalah argumen Teologis (dalil al-inayah). Argumen ini didasari oleh pengamatan atas keteraturan dan keterpaduan alam semesta.berdasarkan pengamatan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa alam ini pasti karya seorang perancang hebat.
l Berdasarkan Perspektif Teologis
Dalam perspektif teologis, masalah ketuhanan, kebenaran, dan kebergamaan harus dicarikan penjelasannya dari sesuatu yang dianggap sakral dan dikultuskan karena dimulai dari atas (dari Tuhan sendiri melalui wahyu-Nya).Pernyataan-pernyataan Tuhan ini menjadi dasar keimanan dan keyakinan umat beragama.Melalui wahyu yang diberikan Tuhan,manusia dapat mengenal Tuhan; manusia mengetahui cara beribadah; serta cara memuji dan mengagungkan Tuhan.
Dalam perspektif teologis, masalah ketuhanan, kebenaran, dan kebergamaan harus dicarikan penjelasannya dari sesuatu yang dianggap sakral dan dikultuskan karena dimulai dari atas (dari Tuhan sendiri melalui wahyu-Nya).Pernyataan-pernyataan Tuhan ini menjadi dasar keimanan dan keyakinan umat beragama.Melalui wahyu yang diberikan Tuhan,manusia dapat mengenal Tuhan; manusia mengetahui cara beribadah; serta cara memuji dan mengagungkan Tuhan.
Pengetahuan tentang Tuhan, baik buruk, dan cara beragama
dalam perspektif teologis tidak akan terjadi atas prakarsa manusia, tetapi
terjadi atas dasar wahyu dari atas. Tanpa inisiatif Tuhan melalui wahyu-Nya,
manusia tidak mampu menjadi makhluk yang bertuhan dan beribadah kepada-Nya.
D.
MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG CARA
MANUSIA MEYAKINI DAN MENGIMANI TUHAN
Iman
kepada Allah SWT adalah hal utama atau pokok yang harus kita tertanam
kebenarannya kepada diri sendiri, karena jika tidak tertanam dengan benar iman
kepada Allah SWT nya, maka keimanan yang lainnya pun akan tidak benar pula.
Karena
Tuhan tidak dapat dilihat langsung oleh mata manusia, maka mempercayai atau
meyakini Tuhan artinya pengikatan dan pembatasan terhadap wujud mutlak Tuhan
menjadi sebuah konsep tentang Tuhan.
Keesaan
Allah SWT itu di tangkap oleh manusia dengan tingkat kesiapan yang berbeda
beda, sehingga kualitas penerimaannya pun berbeda beda sesuai dengan ukuran
pengetahuan hambanya, sehingga tingkat keimanan setiap hamba Allah pun berbeda
beda antara satu dengan yang lainnya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Manusia yang bertuhan akan terus membutuhkan
spiritualitas untuk menjalankan hidupnya, agar hidupnya lebih bermakna dan
bermanfaat. Manusia
tidak bisa dipisahkan dengan
agama, karena sudah menjadi satu kesatuan dan dasarnya manusia perlu mencari
dan menyembah Tuhan
untuk menjaga integritas diri dari dunia yang fana dan tidak menentu dan juga
biar hidupnya jauh lebih bermanfaat dan bahagia. Al-Quran dan hadist hadir
untuk menjadi pedoman kita dalam berkehidupan. Terdapat banyak konsep dalam
bertuhan di dalam kehidupan bersosial kita untuk mengendalikan ego dalam
menggali makna kehidupan dari segi psikologi, sosiologi, filosofis, teologis.
Iman kepada Allah SWT adalah hal utama atau pokok yang harus kita tertanam
kebenarannya kepada diri sendiri, kita perlu meyakini benar-benar dalam hati
bahwa tuhan itu nyata.
B.
SARAN
Perlu menanamkan kepercayaan benar-benar dalam
hati bahwa keberadaan tuhan itu nyata dan segala alam semesta adalah
karunia-Nya. Manusia yang bertuhan akan menjalani hidup lebih bahagia meskipun terkadang
masalah datang, namun kita harus tetap bersyukur karena bisa jadi masalah yang
datang tersebut adalah ujian dari tuhan untuk melihat seberapa kuat iman kita.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Riset, teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia. 2016. Pendidikan Agama Islam. Cetakan 1. Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan
No comments:
Post a Comment