Sunday, January 12, 2020

TEMPAT KERAMAT : MAKAM PANGERAN JAYAKARTA TEMPAT ZIARAH TERFAVORIT


TEMPAT KERAMAT : MAKAM PANGERAN JAYAKARTA TEMPAT ZIARAH TERFAVORIT

Abstrak
Dalam melakukan observasi ini kami kedapatan materi tempat keramat, dan kami memilih untuk mendatangi makam pangeran jayakarta yang ternyata merupakan cagar budaya dilindungi oleh undang-undang republik indonesia yang berarti salah satu tempat yang harus kita jaga. Tujuan penelitian kelompok kami kali adalah mengetahui mengapa tempat tersebut dikeramatkan dan sejarah singkat dari makam tersebut agar menambah ilmu pengetahuan kami. Metode yang kami gunakan adalah wawancara dan pengamatan yang ada disekitar makam pangeran jayakarta tersebut. Subjek dari penelitian kami yaitu pengunjung dan penjaga makam pangeran jayakarta tersebut. Hasil dari penelitian yang kami dapat yaitu pertama mengetahui sejarah singkat dari makam pangeran jayakarta ini, lalu yang kedua mengetahui untuk apa pengunjung datang ke makam pangeran jayakarta. Implikasi yang kami dapatkan bahwa harus menjaga dan menghormati tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat sekitar, tidak melupakan sejarah yang pernah ada, kita juga harus mendoakan pahlawan-pahlawan tetapi tidak dengan maksud menyembah atau meminta sesuatu sehingga menimbulkan kemusyrikan.
Kata kunci : tempat keramat, makam pangeran jayakarta, tempat ziarah terfavorit.

Pendahulan
Pada umumnya manusia selalu ingin memenuhi kebutuhannya, menurut bentuknya kebutuhan manusia dibagi menjadi dua yaitu kebutuhan material dan kebutuhan spiritual. Kebutuhan material sendiri berupa sandang, pangan, dan papan yang biasa kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia berusaha semaksimal kemampuan pikirnya meskipun tidak selalu lancar. Hal ini dikarenakan keterbatasan akan kemampuan akal dan pengetahuan yang dimilikinya. Untuk mengimbangi keterbatasannya, adakalanya manusia melakukan sesuatu yang lebih bersifat spiritual. Melalui perilaku spiritual ini manusia berusaha memenuhi akan kebutuhan rohaninya. Kebutuhan rohani atau kebutuhan spiritual ini adalah kebutuhan nonmateri. Dengan pemenuhan kebutuhan spiritual ini manusia berupaya mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dalam rangka mencapai tujuan tertentu yang dikehendakinya, misalnya pendalaman iman. Adakalanya pula melalui perilaku spiritual manusia melakukan upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan materi. Perilaku spiritual dalam rangka upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup ini dilakukan manusia dengan sikap ‘panembah’ kepada Yang Maha Kuasa. Karena itu dalam sikap “panembah” ini manusia memasrahkan diri pada kekuatan Illahi. Secara konseptual sikap “panembah” yang pasrah diri pada kekuatan Illahi itu merupakan wujud dari emosi keagamaan (religius emotion). Koentjaraningrat (1992) mengatakan bahwa emosi keagamaan itu adalah suatu getaran jiwa yang pada suatu ketika pernah menghinggapi seorang manusia dalam waktu hidupnya. Walaupun getaran itu hanya berlangsung beberapa waktu saja. Emosi keagamaan ini ada di belakang setiap kelakuan serba religi, sehingga menyebabkan timbulnya sikap keramat, baik pada kelakuan manusia itu sendiri, maupun pada tempat kelakuan itu diungkapkan. Sikap keramat dalam anggapan di kalangan suatu masyarakat di tempat-tempat yang dikeramatkan merupakan tempat bersemayamnya arwah leluhur atau dewa-dewi dan kekuatan-kekuatan gaib yang pada suatu waktu di tempat tersebut dijadikan pusat kegiatan keagamaan. Pada tempat keramat biasanya bersemayam tokoh leluhur yang semasa hidupnya memiliki karisma. Tokoh ini dimitoskan oleh pendukungnya dan dijadikan sebagai panutan perilaku kelompok orang. Mitos itu sendiri memberikan arah kepada kelakuan manusia. Lewat mitos ini manusia dapat turut serta mengambil bagian dalam kejadian-kejadian sekitarnya dan menangggapi daya-daya kekuatan alam (Van Peursen, 1992:37; J. Van Baal, (1987) mengartikan mitos adalah kebenaran religius dalam bentuk cerita yang menjadi dasar situs. Mitos ini merupakan bagian dari suatu kepercayaan yang hidup di antara sejumlah bangsa. Tempat keramat yang didukung oleh keberadaan tokoh mitos kharismatis menjadi tempat ziarah bagi mereka dengan tujuan dan maksud tertentu. Ziarah dalam tradisi Islam merupakan bagian dari ritual keagamaan serta telah menjadi suatu kebudayaan dalam suatu masyarakat. Kebudayaan sendiri memiliki pengertian sebagai seluruh cara hidup masyarakat atau seluruh aspek pemikiran dan perilaku manusia yang diwarisi dari satu generasi ke generasi lain melalui proses pembelajaran (Taufiq Rahman, 2011 : 42). Kebudayaan juga diartikan sebagai suatu proses atau hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam menjawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam sekelilingnya. Hasil pemikiran cipta dan karsa manusia merupakan kebudayaan yang berkembang pada masyarakat. Pikiran dan perbuatan yang dilakukan manusia secara terus menerus pada akhirnya menjadi sebuah tradisi. Sejalan dengan adanya penyebaran agama, tradisi yang ada dimasyarakat dipengaruhi oleh ajaran agama yang berkembang (Clifford Geertz, 1983 : 89). Sejak zaman dahulu tradisi ziarah telah banyak dilakukan di seluruh penjuru dunia. Dalam Islam sendiri, ziarah telah banyak dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW tetapi Rasulullah SAW sendiri melarang dengan adanya praktek ziarah karena sangat rentan terjerumus pada kemusyrikan yang disebabkan oleh percampuran unsur budaya dan ibadah. Akan tetapi, kemudian ziarah kubur diperbolehkan dengan catatan hanya untuk mengingat diri bahwa siapapun akan sendiri terbaring didalam kubur. Ziarah sendiri memiliki pengertian sebagai kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia seperti makam untuk berkirim doa. Makam bagi masyarakat bukan hanya sekedar mengubur mayat akan tetapi makam adalah tempat yang dikeramatkan dan keberadaan makam juga diartikan sebagai simbol yang ada kaitannya dengan mempertahankan konservasi sumber daya alam (Miskawi, 2007 : 37). Ziarah kini sudah merupakan suatu fenomena yang lazim yang dijumpai didalam suatu masyarakat. Masyarakat mengenal ziarah untuk menghormati sanak saudara yang sudah meninggal atau menghormati tokoh-tokoh penting yang sudah meninggal, seperti halnya dengan makam Pangeran Jayakarta yang banyak dikunjungi oleh pejabat dan juga masyarakat baik di sekitar jakarta maupun dari luar daerah jakarta.  Tujuan dalam melakukan penelitian dan menjadikan ini sebuah tulisan antara lain untuk mengetahui sejarah singkat makam pangeran jayakarta yang menurut mitos masyarakat sekitar merupakan ‘Yang Punya Jakarta’ terdahulunya pemimpin Jekarta (sekarang Jakarta) 1619-1640. Diceritakan Pangeran Jayakarta sseorang yang gigh dalam memperjuangkan Jekarta atau Jakarta, sehingga menjadi teladan bagi para pemimpin, masyarakat luas baik yang berada di Jakarta maupun luar daerah DKI Jakarta.
Jakarta sebagai kota bersejarah adalah salah satu kota besar dan modern di Indonesia yang mempunyai banyak peninggalan fisik untuk menandai tonggak-tonggak sejarah masing-masing periode. Salah satu khasanah budaya berupa peninggalan fisik yang menjadi aset budaya sehingga patut dilindungi. Oleh karena itu pada tingkat Propinsi Pemda DKI mengeluarkan Perda no 7 tahun 1991 tentang Bangunanbangunan bersejarah di Kawasan Khusus Ibukota Jakarta sebagai Benda Cagar Budaya, dan pada tingkat nasional pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang no 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
Salah satu kawasan bersejarah di Jakarta yang terdapat beberapa peninggalan benda cagar budaya adalah Kawasan Jatinegara Kaum. Dahulu kala Kawasan Jatinegara Kaum merupakan perkampungan tempat Pangeran Jayakarta tinggal sejak tahun 1619 setelah pelabuhan Jayakarta dikalahkan oleh pasukan VOC di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen. Pangeran Jayakarta melarikan diri ke Jatinegara yang masih hutan jati pada saat penjajahan Belanda. Pangeran Jayakarta membuka hutan sebagai tempat pemerintahan dan mendirikan sebuah masjid yang diberi nama masjid Assalafiyah. Di masjid Assalifiyah ini Pangeran Jayakarta mengatur strategi melawan Belanda hingga wafat tahun 1640 dan di makamkan tepat di samping masjid. Pada komplek makam tersebut terdiri dari makam Pangeran Jayakarta dan keluarga pangeran berada di sebelah barat daya masjid. Beberapa peninggalan tersebut oleh Pemda DKI Jakarta ditetapkan 3 (tiga) bangunan cagar budaya melalui Surat Keputusan Gubernur no 475 Tahun 1993, yaitu  : 1. Masjid Jatinegara Kaum (masjid Assalafiyah) 2. Makam Pangeran Jayakarta 3. Makam Pangeran Sang Hyang.  Makam Pangeran Jayakarta di kawasan Jatinegara Kaum tersebut sampai saat ini tidak pernah sepi dari peziarah yang datang dari berbagai daerah, terutama pada saat hari-hari besar Islam.


ISI DAN HASIL PEMBAHASAN
Penulisan ini akan dibagi menjadi beberapa sub bab untuk memudah pembaca dalam memahami  artikel yang penulis tulis.
·         Siapa pangeran Jayakarta
Jayakarta sebelumnya bernama Sunda kelapa, dahulunya dibawah kekuasaan istana Padjajaran namun pada tahun 1527 M istana Padjajaran dapat ditaklukkan oleh sunan gunung jati alis Raden Fatahillah yang merupakan salah satu dari sembilan wali sanga.
Pada tanggal 22 juni 1527 M diadakan syukuran dengan mengubah nama Sunda kelapa menjadi Jayakarta dan diberikan kekeuasan kepada sultan Banten sampai tahun 1570 M, kemudian menantu dari Sultan Banten yaitu Ratu Bagus Angke, suami dari pembaharuan putri dari Sultan Bangka diangkat menjadi pangeran Jayakarta atau pangeran Djakerta yang pertama dengan status raja bawahan dari kesultanan Banten yang berkedudukan di Angke Banten.
 Pangeran Jayakarta merupakan penguasa kota pelabuhan Jayakarta, yang menjabat sebagai wakil dari Kesultanan Banten. Kekuasaan Banten atas wilayah ini berhasil direbut oleh Belanda, setelah Pangeran Jayakarta dikalahkan oleh pasukan VOC di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen pada tanggal 30 Mei 1619.
Sejak berakhirnya peperangan antara mataram dengan Belanda pada tahun 1629 M maka beliau dan para pengikutnya menghilangkan jejak dari pandangan kompeni Belanda, karena dahulu Jakarta masih hutan belukar dan rawa-rawa sehingga sulit untuk ditemukan, ia juga berpesan kepada keturunannya untuk tidak memberitahuku keberadaannya selama Belanda masih menjajah Jakarta.
·         Makam Jayakarta menurut pengunjung
Makam pangeran Jayakarta menurut pengunjung yang kita temui bernama teguh dan rekannya falda, ia mengatakan bahwa tempat kerjanya tidak jauh dari makan pangeran Jayakarta, berhubung makam pangeran Jayakarta berada di dalam masjid sehingga, ia bisa sholat kemudian mengunjungi makan pangeran Jayakarta.
Makam Jayakarta letaknya berada dalam masjid sehingga bapak teguh dan rekannya bisa sholat terlebih dahulu, kemudian melakukan ziarah kubur ke makam pangeran Jayakarta. Ia dan rekannya bukan pertama kali dalam artian sudah sering berziarah ke makam pangeran Jayakarta.
Saya pertanya kepada bapak teguh dan rekannya alasan berkunjung ke makam Jayakarta, menurut mereka makan pangeran Jayakarta merupakan salah satu cagar budaya dan tempat keagamaan yang harus kita pelihara dan jaga dengan baik, selain itu menurutnya pangeran Jayakarta adalah salah satu orang yang berperan penting terhadap Jakarta atau secara singkat merupakan tokoh karismatik tujuan bapak teguh dan falda ke makam pangeran Jayakarta untuk mengirim doa dan wisata religi.
·         Menurut Panjaga Makam
Penjaga dan pengurus makam pangeran Jayakarta bernama Mahfud ia sudah menjaga makam tersebut sejak tahun 1993 dan yang menjaga makamnya turun temurun dalam keluarga, ada 6 orang penjanga yang merawat makam pangeran Jayakarta. Makam ini juga dibuka 24 jam untuk umum biasanya baik pejiarah dari dalam kota hingga luar kota berkunjung pada hari raya dan hari libur jumblahnya lebih banyak dibanding biasanya, karena rata-rata mereka datangnya rombongan.
Pengunjung juga lebih sering datang saat malam hari dibandingkan dengan siang hari pada biasanya, perhari ada sekitar 1-2 orang. Para pengunjung datang biasanya ada yang dapat mematuhi aturan dan ada yang tidak seperti meninggalkan atau membuang sampah sembarangan.
Para pengunjung dari Jakarta biasanya dalam sehari ada sekitar satu atau dua orang biasanya mereka membacakan surat Al Fatihah dan Yasin untuk pangeran Jayakarta. Para pengunjung dari luar biasanya datang secara rombongan pada hari-hari tertentu misalnya hari raya Idul Fitri.
Makam pangeran Jayakarta sudah diresmikan sebagai cagar budaya oleh bapak gubernur terdahulu Ali Sadikin dan sudah direnovasi sekitar 5 tahun yang lalu. Didekat makam tersebut terdapat piagam yang bertuliskan cadar budaya.
Bila kita melihat makam pangeran Jayakarta tentu disekitar nya terdapat makam-makam lain yang dahulunya masih ada hubungan kerabat atau orang terdekat dengannya. Disamping makam pangeran Jayakarta terdapat makam anak dan cucunya. Makam Jayakarta ini lebih sering dikunjungi oleh peziarah dibandingkan makan pangeran Sanghyang.
Beberapa peziarah biasanya paling lama sekitar satu jam, yang dilakukan biasanya mengirim doa tetapi ada beberapa yang datang dengan tujuan lain seperti mengharapkan kemakmuran dalam pekerjaan ataupun kesembuhan dalam penyakit, menurut penjaga makan tanah di kuburan pangeran Jayakarta sering diambil untuk dijadikan syarat yang diajukan orang pintar kepada pengunjung untuk kesembuhan ataupun kekayaan.
Beberapa peziarah ada yang meminta izin terlebih dahulu untuk mengambil aksesoris makam ada pula yang tidak, sebenarnya penjaga makam tidak mengizinkan pengunjung untuk mengambil aksesoris yang ada dimalam, dulu saat malam pangeran Jayakarta masih ada tanahnya selalu habis diambil oleh pengunjung.Hal inilah yang sebenarnya mengurangi niat baik kita dalam berziarah.
·         Pandangan agama tentang ziarah kubur
Dalam satu hadis berbunyi " Sebab ziarah kubur itu akan mengingatkan pada hari akhirat.” (HR Imam Al Baihaqy, Imam Nasai, dan Imam Ahmad) mengtakan bahwa sebenarnya dengan berziarah kubur kita lebih mengingat akan kematian sehingga, kita lebih sering mengingatkan Allah dan menjauhi apa yang dilarangnya. Ziarah kubur dengan niat untuk mendoakan ahli kubur dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT tidak dimasalahkana, namun ada sebagian orang yang masih sering menyalahgunakan tempat ziarah untuk meminta keberkahan, sesungguhnya dalan surat Al Qur'an berbunyi Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” (QS Al Ikhlas : 1-4). Yang dimaksudkan dalam Qur'an surat Al ikhlas tersebut bahwa tidak ada tempat selaiin Allah yang pantas untuk kita jadikan tempat memohon. Orang yang sudah meninggal itu membutuhkan doa kita untuk meringankan kuburnya bukan malah sebaliknya kita manusia yang masih diberikan kesehatan meminta dari kuburan.
Allah tidak melarang umatnya untuk berziarah kubur asal dengan niat muliat untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah sang maha pecinta tetapi apabila niat ziarah kubur untuk mencari berkah, kesehatan ataupun kejayaan tentu hal tersebut sudah melenceng dari konsep ziarah kubur, hal tersebut dikatakan melenceng karena tiada ada satupun mahkluk didunia ini yang setara dengan Allah untuk tempat kita meminta.

Tinjauan Pustaka Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
Dari penelitian Bambang Deliyanto dari jurnalnya yang berjudul “PENATAAN FASILITAS LINGKUNGAN MAKAM PANGERAN JAYAKARTA DAN MASJID ASSALAFIYAH SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA PERKOTAAN” menjelaskan tentang penataan fasilitas  lingkungan di Makam Pangeran Jayakarta dan Masjid Assalafiyah sebagai kawasan cagar budaya di perkotaan.
Penataan fasilitas lingkungan cagar budaya perkotaan tanpa diatur oleh kebijakan pengendalian yang kuat akan menyebabkan penataan yang merusak bahkan menghilangkan keberadaan benda cagar budaya itu sendiri . Oleh karena itu setiap setiap bentuk usaha penataan kawasan yang terdapat benda atau bangunan cagar budaya di dalamnya harus memperhatikan kebijakan yang melindunginya.
Bambang Deliyanto juga menjelaskan tentang isue pokok kawasan makam pangeran jayakarta dan masjid Assalafiyah. Ada 2 pendapat yang keduanya mempengaruhi isue pokok kawasan, yaitu dari mitos yang berkembang di masyarakat dan isue kawasan dari fakta sejarah. Menurut mitos kompleks makam Pangeran Jayakarta, kompleks makam Pangeran Sangyang, dan masjid As-Salafiyah berada di kawasan Jatinegara Kaum, Klender Jakarta Timur. Secara historis, kawasan ini mempunyai hubungan yang erat dengan sejarah kota Jakarta, namun secara mitos kawasan Jatinegara kaum tidak terlepas dari sejarah perjuangan Pangeran Jayakarta, penguasa terakhir Jayakarta sebelum kekalahannya menghadapi serbuan pasukan VOC (Belanda)dibawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen pada tanggal 30 Mei 1619. Menurut mitos pada saat penjajahan Belanda Pangeran Jayakarta melarikan diri ke jatinegara yang masih hutan jati. Pangeran Jayakarta membuka hutan sebagai tempat pemerintahan dan mendirikan sebuah masjid yang diberi nama masjid As- Salafiyah. Di masjid As-Salafiyah ini Pangeran Jayakarta mengatur strategi melawan Belanda hingga wafat tahun 1640 dan di makamkan tepat di samping masjid. Kesakralan masjid Assalafiyah, kompleks makam Pangeran Jayakarta, dan kompleks makam Pangeran Sanghyang menjadikan kawasan ini mempunyai pola kegiatan religius yang kuat, seperti pelaksanaan ibadah agama termasuk ziarah, diskusi kegiatan dan kegiatan wisata rohani.
Namun ada pendapat lain, yaitu isue kawasan dari sudut pandang sejarah yang menganggap sejarah tersebut keliru, JJ Rizal (2013) sejarawan berpendapat sebagai berikut:  “Jikamenengok kajian Adolf Heuken, Uka Tjandrasasmita, Hasan Muarif Ambari, dan Rachmat Ruhiyat, maka nama Pangeran Jayakarta lebih berkait dengan sejarah Jakarta. Bahkan menurut Slamet Mulyana, dari nama Pangeran Jayakarta itulah nama Jakarta berasal. Anggapan keliru ini terus bertahan, meskipun telah dipatahkan dengan ditemukannya kata Xacatara di buku J. de Barros, Decadas da Asia, yang ditulis pada 1553.” http://databudaya.net/index.php/databudaya/databudayaatribut/cabud/id/1427)

Dikatakan JJ Rizal lebih lanjut bahwa nama Jakarta memang berasal dari Jayakarta, suatu nama yang dikenalkan dan menandai babak baru setelah Fatahillah menaklukkan Sunda Kalapa atau kota kuno Jakarta pada 1527, masa dimana Sunda Kalapa sebagai kota bandar leluhur orang Betawi memudar. Kota bandar besar itu jatuh di bawah penguasaan Demak, yang didelegasikan pengurusannya kepada kota pesaingnya, Banten. Fatahillah naik, yang dilanjutkan oleh Tubagus Angke, dan selanjutnya Pangeran Jayakarta yang berakhir dalam konflik besar 1619, saat Jayakarta hancur Belanda membangun kota baru di atas reruntuhannya sebagai basis, menjadi adikuasa baru di Nusantara.
Terlepas dari fakta sejarah dan mitos, dapat disimpulkan bahwa kawasan Jatinegara Kaum mempunyai isue kawasan yang sama, yaitu merupakan kawasan yang bernilai sejarah , religi , dan strategis bagi kota Jakarta itu sendiri, serta telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya perkotaan.
Bambang Deliyanto juga menjelaskan Penataan Fasilitas Makam Jayakarta, Pangeran Sangyang, dan Masjis AsSalafiyah sebagai kawasan Cagar Budaya. Penataan fasilitas dilakukan dengan pendekatan perencanaan tapak. Dalam proses perencanaan ruang, dikenal istilah perencanaan tapak (site planning) dan rencana tapak (site plan atau site design). Perencanaan tapak menunjukkan proses perencanaan yang di dalamnya mengandung prinsip-prinsip, metode dan rangkaian tahapan perencanaan yang harus dilakukan. Sedangkan istilah rencana tapak adalah produk dari seluruh proses perencanaan tapak. Menurut Herlambang (2015) perencananaan tapak bertujuan menghubungkan dan mengintegrasikan ruang di dalam tapak dengan lingkungan sekitarnya. Perencanaan tapak menjadi jembatan kepentingan pemilik lahan dan kepentingan publik secara lebih luas. Kevin Lynch, dalam buku Site Planning (edisi 3, MIT Press, 1984) - yang menjadi referensi klasik dalam ilmu perencanaan kota, mendefinisikan perencanaan tapak sebagai seni dan ilmu mengolah struktur ruang dan membentuk ruang-ruang antara di atas sebuah lahan. Rencana tapak menempatkan objek (fisik) dan kegiatan (manusia, penghuni) dalam kesatuan ruang dan waktu. Dalam proses perencanaan tapak diperlukan rangkaian analisis skala makro (analisis lokasi-eksternal-di luar batas tapak), analisis mikro (analisis tapak-internal-di dalam batas tapak), maupun analisis kapasitas tapak dan fasilitas yang dibutuhkan pengguna atau penghuni lahan tersebut. Hasil analisis makro dan mikro menghasilkan potensi dan masalah yang selanjutnya dicarikan solusinya melalui konsep penataan (Deliyanto.2015).
·         Potensi kawasan
o   Makam pangeran jayakarta masih aktif digunakan sebagai tujuan ziarah dan ditetapkan sebagai cagar budaya.
o   Setiap malam jumat peziarah mencapai 500 orang lebih.
o   Pemakaman umum masih dimanfaatkan khusus untuk keturunan pangeran Jayakarta.
o   Masih dilakukan perluasan wilayah ke utara.
o   Kunjungan Gubernur DKI Jakarta menjelang ulang tahun Jakarta.
·         Masalah Kawasan
o   Makam P.Jayakarta sebagai  situs cagar budaya kehilangan identitas walaupun telah ditetapkan melalui SK Gubernur No. 475 tahun 1993.
o   Lokasi Keberadaan makam P.Jayakarta  sebagai situs ziarah dan sejarah kurang tersosialisasi dengan baik, karena tidak adanya petunjuk tentang keberadaan makam pada jalan Alu-alu  dan jalan Bekasi raya sebagai akses utama.
o   Sebagai tempat tujuan wisata religi, Sarana dan prasarana kompleks makam P.Jayakarta kurang memadai, seperti tempat parkir., visitor center, dan lainlain.
o   Suasana religi dan sejarah tidak terasa karena tidak didukung suasana kawasan
o   LRK kawasan ini menjadi ancaman bagi keberadaan Kompleks Makam yang telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya, yaitu dengan adanya jalan inspeksi, dan peruntukan Karya umum taman (Kut).
o   Jalan inspeksi yang direncanakan menyebabkan Luas lahan masjid dan lingkungan makam  P.Jayakarta  dan   P.Sang Hyang berkurang.


Kesimpulan
Makam pangeran Jayakarta merupakan salah satu cagar budaya di Jakarta yang harus kita jaga dan rawat, sebaiknya apabila kita kemakam pangeran Jayakarta kita harus mematuhi aturan yang telah diterapkan seperti tidak membuang sampah ataupun mengambil aksesoris makam.
Ziarah kubur merupakan hak yang tidak dilarang oleh agama asalkan dengan tujuan yang baik dan tidak untuk menduakan Allah seperti meminta berkah atau memohon kepada selain Allah. Ziarah kubur merupakan hal yang baik bila tidak disalah artikan agar kita lebih meninggingat kematian.

No comments:

Post a Comment

Mithoni, Adat Budaya Jawa yang Sudah Mendarah Daging

LAPORAN HASIL OBSERVASI AGAMA “Mithoni, Adat Budaya Jawa yang Sudah Mendarah Daging” Disusun oleh : Prasasti Reihani Aulia Put...