Sunday, January 12, 2020


Artikel Keagamaan
Toleransi Antar Umat Beragama Islam dan Hindu
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam


Disusun Oleh:
Putriana Febrianti Suryanto                                     1102619082/Pendidikan Khusus
Riva Chairunnisa                                                     1102619050/Pendidikan Khusus
Tiara Nuraeni Sudrajat                                             1102619008/Pendidikan Khusus
Yunidar Budi Larasati                                              1102619100/Pendidikan Khusus



FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020

TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA ISLAM DAN HINDU
Putriana Febrianti S, Riva Chairunnisa, Tiara Nuraeni S, Yunidar Budi L
1102619082, 1102619050, 1102619008, 1102619100
Universitas Negeri Jakarta

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peribadahan umat hindu serta ajaran dan wujud toleransi yang tercipta dari agama Hindu dengan Islam. Metode penelitian ini menggunakan  teknik penelitian lapangan (Field Work Research) meliputi observasi dan wawancara. Subjek dari penelitian ini adalah salah satu umat beragama Hindu. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa layaknya agama Islam, dalam agama Hindu juga diajarkan sikap toleran, mereka umat Hindu diajarkan untuk peduli dan menganggap semua agama adalah sama jadi tidak ada perbedaan, dalam kepercayaan apapun menurut ajaran agama Hindu, Tuhan tetap memberi anugrah yang setimpal dengan para pemeluk agama Hindu. Wujud toleransi umat islam terhadap umat hindu tercermin dari salah satu interkasi sosial yaitu  pertemanan.
Kata Kunci: Agama, toleransi, toleran, umat, Hindu, Islam 


Pendahuluan
Toleransi adalah kemampuan memahami dan menerima adanya perbedaan. Kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain ada perbedaannya, demikian pula agama yang satu dengan yang lain. masing-masing agama mempunyai seperangkat ajarannya, dan itu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, meskipun “hubungan kekerabatan” antara satu agama dengan yang lain. Hidup harmonis dalam masyarakat yang majemuk agama dan budayanya, perlu dilatih adalah kemampuan untuk memahami secara benar dan menerima perbedaaan tanpa nafsu untuk mencari kemenangan terhadap yang berbeda. Dialog dan saling menghargai atau toleransi merupakan kunci dalam upaya membangun kehidupan bersama yang harmonis
Pada dewasa ini, tidak jarang terjadi masing-masing pihak kurang bersifat “terbuka” terhadap pihak lain yang akhirnya menyebabkan salah paham dan salah pengertian. Jika suatu agama berhadapan dengan agama lain, masalah yang sering muncul adalah perang truth claim (Keyakinan dari pemeluk agama tertentu yang menyatakan bahwa agamanya adalah satu-satunya agama yang paling benar), dan selanjutnya perang salvation claim (keyakinan dari pemeluk agama tertentu yang menyatakan bahwa agamanya adalah satu-satunya jalan keselamatan bagi seluruh umat manusia)
Perbedaan keyakinan beragama, tidak jarang menimbulkan sebuah konflik. Hal ini disebabkan adanya pandangan keliru, dan sempitnnya seseorang atau kelompok dalam memahami sebuah agama. Islam pada dasarnya adalah agama toleran. Jika dipelajari secara mendalam, kata Islam diambil dari kata al-Salam yang artinya perdamaian.
Islam merupakan agama yang sarat akan keadilan dan menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama. Walaupun jika saat ini banyak oknum-oknum yang menyatakan bahwa islam merupakan anti-toleran yang bertujuan untuk merusak pandangan orang lain terhadap islam. Sahabat Rasullah SAW, Jabir bin Abdullah RA berkata “suatu jenazah melewati kami, lalu nabi berdiri karenanya. ‘wahai Rasullah, jenazah itu adalah jenazah orang Yahudi’ lalu beliau bersabda ‘jika kamu meihat jenazah maka berdirilah’ (HR. Bukhari)”. Jika jenazah saja beliau hormati, bagaimana dengan umat yang masih hidup? Tentu beliau akan sangat menghormatinya, karena pada dasarnya semua akhluk merupakan ciptaan Allah SWT. Hal tersebut membuktikan bahwa islam merupakan agama yang erat akan toleransi terhadap umat agama lain.
Antar umat beragama juga harus menghormati perihal peribadatan, pada siapa dan apa yang mereka sembah, dan lain-lain. Kita tidak bisa menghakimi tentang apa yang agama mereka lakukan untuk beribadah. Allah SWT berfirman:
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Q.S Al-An’am:108)
Hal tersebut sudah jelas bahwa kita wajib menghormati umat agama lain, tapi tetap pada porsinya dan tidak melampaui batas.
Didalam artikel ini akan membahas perihal apa saja yang ada di agama Hindu hingga tata cara beribadah. Agama Hindu (sanskerta: Sanatana Dharma kebenaran abadi) [1], dan Vaidika-Dharma (“Pengetahuan Kebenaran”) adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih betahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa. Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara sampai kirakira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Mulai saat itu agama ini digantikan oleh agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang terbesar di pulau Jawa, Lombok, Kalimantan (suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis-Sidrap).
Referensi
Bakar, A.‘Konsep Ibadah dalam Hindu’. Riau: UIN Sultan Syarif Kasim Riau.
Ghazali, A, Muchtar 2016.’Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif Islam’. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Handayani, D 2015.’Toleransi Umat Islam Terhadap Upacara Agama Hindu di Candi Cetho Dusun Cetho Desa Gumeneng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar’. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kamaruddin & Sabannnur 2018.’Toleransi Antar Umat Beragama Penganut Islam dan Hindu-Dharma di Desa Toabo Kecamatan Papalang, Kabupaten Mamuju’. Gorontalo: IAIN Sultan Amai Gorontalo.

Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan  teknik penelitian lapangan (Field Work Research) meliputi observasi dan wawancara dengan salah satu mahasiswa yang beragama Hindu bernama Putu Cika Maysukma Wijaya yang bertempat tinggal di kawasan Jaarta Timur dan beribadah di Pura Aditya Jaya, Rawamangun, Jakarta Timur. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Azwar (dalam Handayani 2015) penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk membangun toleransi antar umat beragama yang saling menghargai dan menghormati serta mengetahui perbedaan dari tata cara beribadah yang dilakukan oleh umat Hindu dan umat Islam.

Kajian Pustaka
Agama Hindu adalah agama yang mempunyai usia terpanjang, merupakan agama yang pertama dikenal oleh manusia. Dalam uraian ini dijelaskan kapan dan dimana agama itu diwahyukan dan uraian singkat tentang proses perkembangannya. Agama Hindu adalah agama yang telah melahirkan kebudayaan yang sangat kompleks di bidang astronomi, ilmu pertanian, filsafat, dan ilmu-ilmu lainnya. Karena luas dan terlalu mendetailnya jangkauan pemaparan dari agama Hindu, kadang-kadang terassa sulit untuk dipahami. Banyak para ahli dibidang agama dan ilmu lainnya yang telah mendalami tentang agama Hindu sehingga muncul bermacam-mcam penafsiran dan analisa terhadap agama Hindu. Sampai sekarang belum ada kesepakatan diantara para ahli untuk menetapkan kapan agama Hindu itu diwahyukan, demikian juga mengenai metode dan misi penyebarannya belum banyak dimengerti. Agama Hindu adalah agama yang petama masuk ke Indonesia. Hindu masuk ke Indonesia melalui pedagang-pedagang dari India yang berdagang di Selat Malaka. Para pedagang tersebut berdagang rempah-rempah dan sutra sambil menyebarkan agama Hindu. Sebelum Hindu masuk ke Indonesia, mayoritas penduduknya menganut aliran kepercayaan. Aliran kepercayaan yang dianut biasanya aliran Animisme dan Dinamisme. Pemuka agama Hindu adalah Wasi. Sedangkan tempat ibadah umat Hindu adalah Pura. Hari besar Hindu disebut Nyepi. Saat Nyepi, umat Hindu berada di dalam rumah dan merefleksi hidupnya, agar mereka dapat hidup lebih baik. Dasar dai ajaran agama Hindu berasal dari kitab suci Weda, yang merupakan kitab suci agama Hindu (Bakar, tanpa tahun: 12).
Hubungan yang erat antara manusia dan kepercayaan dalam beragama diharapkan dapat disesuaikan dengan kondisi-kondisi real atau nyata antar masyarakat yang seagama maupun berbeda agama. Adanya toleransi di lingkungan masyarakat yang plural (beragam) dianggap sangat perlu karena pada dasarnya perbedaan menjadikan sebagian masyarakat beranggapan bahwa merekalah yang dominan. Toleransi dalam kehidupan umat beragama sangat dibutuhkan, karena dengan sikap tersebut kehidupan dapat tetap berlangsung dengan nyaman serta tetap saling menghargai dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing. Jika dikaitkan Pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada Tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak. Semua agama menghargai manusia maka dari itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai. Dengan demikian antar umat beragama yang berlainan akan terbina kerukunan hidup (Handayani, 2015)
Menurut Umar Hasyim (dalam Kamaruddin, 2018) toleransi yaitu pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.
Menurut Hendropuspito (dalam Ghazali, 2016) dari sikap toleransi, maka kerukunan dalam beragama secara bertahap dapat terwujud. Sekalipun demikian, kerukunan bukan merupakan nilai terakhir, tetapi baru merupakan suatu sarana yang harus ada sebagai ”conditio sine qua non” untuk mencapai tujuan lebih jauh yaitu situasi aman dan damai. Situasi ini amat dibutuhkan semua pihak dalam masyarakat untuk memungkinkan penciptaan nilai-nilai spiritual dan material yang sama-sama dibutuhkan untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi. Kesadaran untuk hidup rukun dan bersaudara diantara para pemeluk agama, merupakan citacita dan ajaran fundamental dari masingmasing agama.
Menurut Azyumardi Azra (dalam Ghazali, 2016) dalam perspektif teologi Islam tentang kerukunan hidup antar agama, dan konsekuensinya antarumat beragama, berkaitan erat dengan dua hal, yakni pertama, berkaitan dengan doktrin Islam tentang hubungan antar sesama manusia dan hubungan antara Islam dengan agama-agama lain; kedua, berkaitan dengan pengalaman historis manusia sendiri dalam hubungannya dengan agama-agama yang dianut oleh umat manusia. Secara doktrin, Islam pada esensinya memandang manusia dan kemanusiaan secara sangat positif dan optimistis. Menurut Islam, manusia berasal dari satu asal yang sama, yaitu keturunan Adam dan Hawa. Dari sinilah kemudian manusia berkembang menjadi bersuku-suku, berkaum-kaum atau berbangsa-bangsa lengkap dengan kebudayaan dan peradaban khas masing-masing.Perbedaan ini mendorong manusia untuk saling kenal mengenal dan menumbuhkan apresiasi serta respek satu sama lain. Dalam pandangan Islam, perbedaan di antara umat manusia bukanlah karena warna kulit dan bangsa, tetapi hanyalah tergantung pada tingkat ketaqwaan masing-masing.33 Inilah yang menjadi dasar perspektif Islam tentang ”kesatuan umat manusia”, yang pada gilirannya akan mendorong berkembangnya solidaritas antar manusia (ukhuwwah insaniyyah atau ukhuwwah basyariyyah dan ukhuwah wathaniyah).
Menurut Mukniah (dalam Handayani, 2015) upaya untuk menjaga atau membangun rasa toleransi antara lain tidak mengusik keyakinan orang lain, tidak memaksanakan kehendak agama kita kepada agama orang lain, tidak mempergunjingkan agama orang lain, menghargai perayaan hari besar agama lain, menghargai bila agama lain sedang memunaikan ibadah, meningkatkan semangat nasionalisme kita, meningkatkan semangat pluralism kita, meningkatkan semangat religius kita, meningkatkan semangat nuranisme kita, memegang teguh prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan tidak mengucilkan suatu agama lain.

Hasil Penelitian
A.     Manfaat beribadah bagi umat Hindu
Ibadah atau biasa disebut Parahyangan sendiri merupakan kegiatan persembahyangan atau suatu hubungan antar manusia dengan Tuhan, Dewa, dan Leluhur dalam gama Hinduyang dilakukan oleh seseorang yang bisa juga dilkasanakan dengan kelompok. Banyak hari-hari suci dalam agama Hindu, oleh sebab itu sering kali umat beragama Hindu terlihat untuk dating ke Pura besar atau bisa saja ibadah tersebut dilakukan sendiri dirumah. Terdapat manfaat dari beribadah, anatara lain:
a.       Untuk menjalin hubungan dengan Tuhan
b.       Pemujaan terhadap Dewa (Trimurti) atau Brahman, yaitu sesuatu yang sudah mencapai batas suci untuk berhubungan dengan Tuhan melalui mantram suci atau kalimat-kalimat suci kepada Brahma sebagai dewa pencipta, Wisnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa penghancur atau pelebur.
c.        Bentuk rasa syukur dalam agama Hindu
d.       Mencapai spiritual (positif) baik bagi pribadi maupun kelompok.

B.     Persiapan saat akan melaksanakan ibadah
Saat akan melaksanakan ibadah, umat Hindu biasanya akan mengganti pakaian berupa;
Wanita, kebaya ibadah (biasanya berwarna putih), kamen (kain yang dijadikan rok panjang biasanya berwarna kuning), dan selendang, serta rambut yang dikuncir satu.
Pria, kemeja (biasanya berwarna putih), kamen (biasanya berwarna coklat, putih, dan hitam), dan udeng (sehelai kain yang dibentuk dan diikatkan dikepala)
Setelah pakaian, biasanya umat hindu membuat sesuatu yang dipersembahkan bernama canang atau kwangen (sesajen bunga), dupa (lidi wewangian), air bersih dalam gelas (biasa disebut tirtha), dan beras yang ditaruh di wadah (iasa disebut bije). Setelah semua selesai dipersiapkan, yang selanjutnya harus dipersiapkan ialah hati dan pikiran yang tenang, suci, dan bersih. Setelah hati dan pikiran matang dan bersih barulah proses sembahyang dimulai.

C.     Bagaimana cara umat Hindu beribadah
Setelah persiapan persembahyangan selesai, persembahyangan dimulai saat memasuki Pura bagian dalam (jeroan) biasanya para umat Hindu akan memercikan atau dipercikan air suci (tirtha) dikepala mereka sebanyak 3 percikan. Lalu setelahnya, umat Hindu menaruh sesajen bunga atau biasa disebut canang ditempat-tempat suci. Selanjutnya, mencari tempat duduk dan menyalakan dupa (lidi wewangian) dihadapaan mereka. Tahap-tahap dari persembahyangan ialah sebagai berikut:
a.       Menyalakan dupa dengan mantram atau kalimat suci.
b.       Menghaturkan dupa dengan manntram atau kalimat suci.
c.        Menyucikan bunga dengan mantram atau kalimat suci.
d.       Menyucikan air bersih dan beras dengan mantram atau kalimat suci (jika dilakukan dirumah. Jika dilakukan di Pura akan disucikan oleh pemangku di Pura).
e.        Menghaturkan mantram Asana yang hanya diucapkan di dalam hati. Isi dari mantram tersebut ialah “om, prasadasthiti carira ciwa suci nirmala ya namah svaha” yang artinya “Ya Tuhan, dalam wujud Ciwa, suci tak ternoda, hamba telah duduk dengan tenang”
f.        Mengambil sikap Pranayama (dengan tangan disatukan di depan dada) dengan mantram atau kalimat-kalimat suci, sebagai berikut;
Puraka (tarik nafas),om ang namah” artinya, ‘oh hyang widhi dalam aksara ang pencipta, hamba hormat’.
Kumbhakan (tahan nafas),om ung namah” artinya, ‘oh hyang widhi dalam aksara ang pemelihara, hamba hormat’.
Recaka (buang nafas),om mang namah” artinya, ‘oh hyang widhi dalam aksara mang pelebur, hamba hormat’.
g.        Menghaturkan mantram Karasodana;
Posisi tangan kanan diatas tangan kiri, berbunyi “om suddha mam svaha” artinya, “Ya Tuhan sucikanlah hamba”.
Posisi tangan kiri diatas tangan kanan, berbunyi “om ati suddha mam svaha” artinya, “Ya Tuhan sucikanlah pikiran hamba.
h.       Menghaturkan mantram Puja Tri Sandya.
Tri Sandya itu sendiri merupakan doa dalam agama Hindu yang digunakan 3 kali dalam sehari pada jam 6 pagi, jam 12 siang, dan jam 6 sore. Isi dari doa tersebut ialah;


Om Bhur Bvah Svah
Tat Savitur Varenyam
Bhargo Devasya Dhimahi
Dhiyo yo nah pracodayat

Om narayana evedam sarvam
Yad bhutam yacca bhavyam
Niskalanko niranjano
Nirvikalpo nirakyatah
Suddho deva eko
Narayano n dvit’yo sti kascit

Om Tvam sivah tvam
mahadevah
Isvarah pramesvarah
Brahma Vishnusca Rudrasca
Purusah Parikirtiah

Om papoham papakarmaham
Papatma papasambhavah
Trahi mam pundarikaksa
Sabahyabhyantarah sucih

Om ksamsva mam mahadeva
Sarvaprani hitankara
Mam moca sarva papebyah
Palayasva sada Siva

Om Ksantvyah Kayikosodah
Ksantavyo vaciko mamah
Ksantavyo manaso dosah
Tat pramadat ksamasva mam
Om santih santih santih om



Artinya :


Ya Tuhan! Kau penguasa ketiga dunia
Kami memusatkan pikiran pada kecermelangan
Dan kemuliaan Hyang Widhi
Semoga ia berikan semangat pikiran kita

Ya Tuhan! Narayan adalah
semua ini
Yang telah ada dan yang
akan ada
Bebas dari noda, bebas dari kotoran,
Bebas dari perubahan, tak dapat digambarkan
Sucilah Narayana
Ia hanya satu tidak ada yang kedua

Ya Tuhan! Engkau dipanggil Siwa, Mahadewa,
Iswara, Prameswara,
Brahma, Wisnu, Rudra,Dan Purusa

Ya Tuhan! Hamba ini papa, perbuatan hamba papa
Diri hamba papa, kelahiran hamba papa
Lindungilah hamba
Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba

Ya Tuhan! Ampunilah hamba Hyang Widhi
Yang memberikan keselamatan
Kepada semua makhluk
Bebaskan hamba dari segala dosa, O Hyang Widhi

Ya Tuhan! Ampunilah dosa perbuatan hamba
Ampunilah dosa perkataan hamba
Ampunilah dosa pikiran hamba
Ampunilah hamba dari segala kelalaian hamba
Ya tuhan! Semoga damai, damai, damai, Ya Tuhan!



i.         Menghaturkan mantram Muspa;
Muspa atau mabakati dilakukan dengan 5 tahap, sehingga disebut jugas “panca sembah” sebagai berikut:
Sembah Puyung “tanpa bunga”, yang ditujukan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa sebaga Sang Hyang Paratma. Mantram tersebut berbunyi “om atma tattvatma suddha mam svaha” yang artinya “om atma, atmanya kennyataan ini, bersihkanlah hamba”
Sembah dengan sarana bunga, yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Dewata/Dewa Saodaya untuk memohon anugerah-Nya. Mantram sebagai berikut :



Om anugraha manoharam
Devadatta nugrahakam
Arcanam sarwapujanam
Namah sarwanugrahakam

Om dirgayuastu tatastu astu
Om awignamastu tatastu astu
Om subhamastu tatastu astu

Om sukham bawantu
Om sriam bawantu
Om purnam bawantu
Om ksama sampurna ya namah
Om hrang hring sah sarwa nugraha ya namah swaha



Artinya,


Om, engkau yang menarik hati,
Pemberi anugerah,
Anugerah pemberian dewa,
Pujaan semua pujaan,
Hormat pada-Mu pemberi semua anugerah

Kemahasidian dewa dan dewi,
Berwujud yadnya
Pribadi suci, kebahagiaan
Kesempurnaan panjang umur
Bebas dari rintangan,
kegembiraan dan kemajuan

Semoga panjang umur
Semoga tiada rintangan
Semoga baik, semoga bahagia
Semoga sempurna, semoga rahayu
Semoga tujuh pertambahan wujud


Sembah dengan bunga/kwangen, yang ditujukan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Dewa Utama yang dijadikan tujuan utama sembahyang. Misalnya, jika dirumah kehadapan bhetara hyang guru atau kawitan (yang memiliki kemulan) atau Siwa Aditya (yang tidak memiliki kemulan, hanya memiliki sanggah surya atau Padma sari). Mantramnya sebagai berikut
Mantram bagi yang hanya memiliki Padmasari
Om nama deva adhisthannaya
Sarwa wyapi wai siwaya
Padmasana ekapratisthaya
Ardhanareswar ya namo namah
Om hrang hring sah paranama siwa aditya ya namah swah

Artinya,
Om, kepada dewa yang bersemayam
Pada tempat ang tinggi
Kepada Siwa yang sesungguhnyalah
Berada dimana-mana
Kepada Dewa yang bersemayam
Pada tempat duduk bunga teratai
Sebagai satu tempat
Kepada Adhanresvari, hamba menghormat


Tambahan mantram yang memiliki Kamulan


Om brahma wisnu iswara
dewam
Jiwatmanam trlokanam
Sarwa jagat pratistanam
Suddha klesa winasanam

Om dewa-dewa tri dewanam
Tri murti linggatmanam
Tri purusan sudha nityam
Sarwajagat jiwatmanam


Om guru dewa guru rupam
Guru madyam guru purwam
Guru pantaram dewam
Guru dewa suddha nityam
Om guru paduka dipata ya
namah


Artinya,


Ya Tuhan, sembah hormat
kepada leluhur
Yang bergelar Hyang Gnijaya
Ya Tuhan, sembah hormat
kepada leluhur
Yang bergelar Gnijaya yang
menurunkan kami
Dan sembah hormat Hyang Manikjaya, Hyang Semeru,
Hyang Gana, Hyang de kuturan, serta Hyang Bradah

Ya Tuhan, yan bergelar Brahma,
Wisnu, Iswara
Yang berkenan turun menjiwai isi triloka
Semoga seluruh jagat tersucikan
Bersih serta segala dosa
terhapus olehmu

Ya Tuhan, para dewa dari tiga
dewa
Tri murti tiga perwujudan
simbul Siwa,
Paramasiwa, Sadasiwa, dan
Siwa
Suci selalu nyawa dari alam
semesta

Ya Tuhan, gurunya dari dewa
Gurunya dari batari-batari
Junjungan guru permulaan
Guru perantara dewa-dewa
Gurunya dewa yang selamanya suci
Ya Tuhan selaku bapak alam, hamba memujamu.



Sembah dengan bunga, yang ditujukan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang dimanifestasikan sebagai Dewa Surya, sebagai saksi setiap kejadian di dunia ini. Mantram tersebut berbunyi;


Om Adistisyaparamjyoti
Rakta teja namo’stute
Sweta pankaja madhyastha
Bhaskaraya namo’stute
Om hrang hring sah parama
Siwa raditya ya namo namah
Artinya,
Om, sinar surya yang maha lebat
Engkau bersinar merah
Hormat padaMu
Engkau yang berada di tengah-tengah
Teratai putih
Hormat padaMu pembuat sinar

Sembah Puyung (tanpa sarana), yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa Hyang Acintya. Memiliki mantram sebagai berikut;
Om ayu werdi yasa werdi
Werdi pradnyan suka sriam
Dharma Santana werdis’ca
Santute sapta werdayah

Artinya,
Om, semoga Hyang Widhi melimpahkan usia
Yang panjang bertambah dalam kemashuran,
Bertambah dalam kepandaian, kegembiraan,
Dan kebahagiaan, bertambah dalam dharma
Dan keturunan, tujuh pertambahan semoga menjadi bagianmu
Semoga panjang umur, semoga tiada rintangan,
Semoga baik, semoga bahagia, semoga rahayu,
Semoga tujuh pertambahan wujud
Hormat pada yang tak terpikirkan
Yang maha tinggi yang gaib
j.         Boleh manambahkan doa pribadi yang sebenarnya dalam mantram diatas sudah disebutkan dalam bentuk mantram
k.       Meminum tiga kali air tirtha yang dipercikan ke tangan, membasuh satu kali wajah dengan percikan air tirtha, dan memakai bije (beras yang direndam air) ditempa tertentu.
l.         Menghaturkan mantram penutup. Mantram tersebut berbunyi sebagai berikut;
Om devasuksma paramacintya
Ya nama svaha
Om santih, santih,santih,om

Artinya,
Ya Tuhan, hamba memuja engkau Devata
Yang tak terpikirkan, maha tinggi, maha gaib
Ya Tuhan, anugrahkanlah kepada hamba
Kedamaian, damai dihati, damai di dunia,
Dan semoga semuanya damai atas anugrahMu

D.     Bagaimana yang Dirasakan Selama Beribadah
                Rasa yang dihasilkan selama ibadah adalah merasa tenang dan pikiran terbuka untuk hal-hal yang positif, karena selama ibadah juga mencium wewangian yang menenangkan dari bunga dan dupa. Terdapat kepercayaan dari beberapa orang bali jika sedang lupa sembahyang akan tiba-tiba muncul wangi dupa disekitarnya dan itu tandanya bahwa umat tersebut diberi peringatan atau  diingatkan untuk sembahyang. Dalam agama apa pun paasti mereka yang telah melakukan ibadah akan merasa tenang dan senang, dan hal itu juga yang dirasakan oleh umat beragama hindu.

E.     Ajaran Toleransi dalam Agama Hindu
Dalam agama hindu Tuhan bermanifestasi tetapi pada dasarnya Tuhan tetap satu, tetapi memang cuma setiap pemeluk agama saja yang membedakan cara menyebut-Nya. Tuhan bisa menjadi dewa dan Tuhan bisa menjadi Dewi, dalam agama Hindu bukan diajarkan untuk membatasi diri dari agama lain, tetapi memang diajarkan untuk peduli serta menganggap semua agama adalah sama jadi tidak ada perbedaan. Dalam kepercayaan apapun menurut ajaran agama Hindu, Tuhan tetap memberi anugrah yang setimpal dengan para pemeluk agama Hindu. Hal ini sejalan dengan upaya atau membangun rasa toleransi menurut Mukniah (dalam Handayani, 2015) antara lain tidak mengusik keyakinan orang lain, tidak memaksanakan kehendak agama kita kepada agama orang lain, tidak mempergunjingkan agama orang lain, menghargai perayaan hari besar agama lain, menghargai bila agama lain sedang memunaikan ibadah, meningkatkan semangat nasionalisme kita, meningkatkan semangat pluralism kita, meningkatkan semangat religius kita, meningkatkan semangat nuranisme kita, memegang teguh prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan tidak mengucilkan suatu agama lain.
F.      Wujud toleransi Terhadap Agama Islam
                Seperti yang disebutkan di atas bahwa pemeluk agama Hindu tidak membeda-bedakan agama lain, maka bagi orang beragama Hindu umat yang beragama Islam seperti teman, begitupun hubungan dengan agama yang lainnya tidak ada yang membedakan.
                Menurut salah satu narasumber yang kami wawancarai wujud toleransi umat islam terhadap umat hindu tecermin dari salah satu interkasi sosial yaitu  pertemanan. Dalam hal ini terkadang beberapa pemeluk agama islam masih membeda-bedakan dalam berteman, tidak ingin menjalin hubungan kerabat dengan orang pemeluk agama lain termaksuk Orang yang memeluk agama Hindu dengan mengatasnamakan agama, itu tentu saja salah. kita adalah manusia yang berprinsip makhluk sosial, jadi tidak ada salahnya untuk berteman dengan orang pemeluk agama lain.
Wujud toleransi umat islam terhadap umat hindu lainnya yaitu menghargai umat Hindu untuk menjalani keyakinannya. Hal ini sejalan dengan definisi toleransi menurut Umar Hasyim (dalam Kamaruddin, 2018) yaitu pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Kemendikbud (2014:226) mengenai indikator toleransi yakni tidak menganggu orang yang berbeda pendapat; menghormati orang lain yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender; menerima kesepakatan walaupun berbeda pendapat; dapat memaklumi kesalahan/ kekurangan orang lain.

No comments:

Post a Comment

Mithoni, Adat Budaya Jawa yang Sudah Mendarah Daging

LAPORAN HASIL OBSERVASI AGAMA “Mithoni, Adat Budaya Jawa yang Sudah Mendarah Daging” Disusun oleh : Prasasti Reihani Aulia Put...